Bisnis.com, SEMARANG—Keyakinan konsumen di Jawa Tengah mengalami peningkatan yang tercermin dari naiknya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) ke level 121,7 dari posisi bulan sebelumnya 119,8.
Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia pada September 2014 memperlihatkan IKK saat ini lebih tinggi dibandingkan dengan IKK tiga bulan sebelumnya 112,9 dan IKK pada periode yang sama tahun lalu 102,7.
Deputi Kepala Perwakilan BANK INDONESIA WILAYAH V Jawa Tengah dan DIY Marlison Hakim menjabarkan meningkatnya keyakinan tersebut didorong oleh persepsi positif konsumen, baik terhadap kondisi ekonomi saat ini maupun terhadap ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang.
Menurutnya, hal ini tercermin dari meningkatnya Indeks Ekonomi Saat Ini (IKE) sebesar 2,6 menjadi 120,3 dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) sebesar 1,1 poin menjadi 123,0.
“Menguatnya keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, ditopang oleh persepsi positif terhadap meningkatnya ketersediaan lapangan kerja, yang tercermin dari kenaikan indeks ketersediaan lapangan kerja sebesar 2,6 poin menjadi 104,3,” ujar Marlison, Rabu (8/10/2014).
Seiring dengan kenaikan indeks ini, dia memaparkan persepsi konsumen terhadap penghasilan juga meningkat, sehingga indeks penghasilan naik 2,1 poin menjadi 134,1. Persepsi positif tersebut juga dipengaruhi oleh faktor terkendalinya inflasi Jawa Tengah, yang pada September 2014 berhasil mencatatkan inflasi relatif rendah 0,22% (mtm), menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya 0,45% (mtm).
Marlison mencermati kondisi perekonomian yang cukup kondusif ini telah mendorong minat konsumen untuk berinvestasi. Hal ini tercermin dari meningkatnya indeks ketepatan waktu untuk pembelian barang tahan lama sebesar 3,1 poin menjadi 122,6.
Sementara itu, paparnya, meningkatnya keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang tidak terlepas dari persepsi positif terhadap meningkatnya ketersediaan lapangan kerja pada 6 bulan mendatang.
“Konsumen optimis, kedepan minat masyarakat untuk berwiraswasta atau menciptakan pekerjaan sendiri diekspektasikan semakin membaik, yang diperkuat oleh optimisme dalam memperoleh pembiayaan atau kredit dari bank yang kian mudah. Sejalan dengan persepsi positif konsumen tersebut, indeks penghasilan kedepan diekspektasikan juga meningkat,” paparnya.
Pihaknya menambahkan konsumen mengekspektasikan pada tiga bulan yang akan datang tekanan harga akan meningkat. Sumber tekanan kenaikan harga relatif tinggi, ujar Marlison, terutama berasal dari kelompok transportasi dan kelompok perumahan, listrik, gas dan bahan bakar.
Hal ini sebagai imbas dari penyesuaian harga beberapa komoditas energi, seperti tarif dasar listrik (TDL) dan LPG 12 kg, serta ekspektasi kemungkinan penyesuaian harga BBM bersubsidi oleh pemerintah. Sumber lain yang diperkirakan menyumbang tekanan kenaikan harga relatif tinggi berasal dari kelompok sandang dan kelompok bahan makanan.
Marlison menambahkan tekanan harga muncul seiring dengan meningkatnya permintaan komoditas tersebut menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2015. Tekanan kenaikan harga diperkirakan masih akan terjadi hingga enam bulan mendatang (Maret 2015), meski sudah semakin menurun.
Mencermati berbagai risiko inflasi tersebut, ujarnya, Bank Indonesia akan memperkuat koordinasi pengendalian inflasi dengan Pemerintah Daerah, baik Pemerintah Provinsi maupun Kabupaten atau Kota di Jawa Tengah. “Hal ini dilakukan guna meminimalkan dampak lanjutan yang ditimbulkan dan mengarahkan inflasi pada sasaran inflasi yang ditetapkan,” tegasnya.