Bisnis.com, JAKARTA— Kendati peluang pertumbuhan industri asuransi masih cukup besar, PT Asuransi Allianz Life Indonesia (Allianz Life) memprediksi pertumbuhan pendapatan preminya hanya berkisar single digit pada tahun depan.
Asumsi tersebut dilatarbelakangi oleh beberapa hal a.l perubahan regulasi, semakin ketatnya persaingan, dan kebutuhan konsumen yang bervariasi.
Perubahan regulasi yang dimaksud adalah pelaksanaan program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan bagi BUMN dan perusahaan swasta nasional per 1 Januari 2015.
“Porsi asuransi kesehatan memang hanya 10%-15%, tetapi perkiraannya pasti ada koreksi. Yang pasti, kami menargetkan dapat tumbuh setidaknya 50% di atas pertumbuhan produk domestik bruto [PDB] Indonesia,” ungkap Direktur Utama Allianz Life Jaochim Wessling di Jakarta, seperti dikutip Bisnis.com, Senin (22/12) .
Jika dirinci, hingga kuartal III/2014, jumlah nasabah korporasi mencapai 3.000 unit. Selain itu, pendapatan premi asuransi kesehatan masih menunjukkan kenaikan pendapatan premi bruto yaitu 12%
Berdasarkan data per November tahun ini, pendapatan premi bruto tercatat naik 14% dengan nilai Rp9,75 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Adapun, proporsi credit life melonjak 54% sepanjang Januari-November 2014, sedangkan pendapatan premi baru mencapai Rp1,72 triliun atau naik 20% year-on-year (yoy).
Oleh karena itu, Joachim masih optimistis pertumbuhan pendapatan premi bakal menyentuh 14% yang ditunjang dari lonjakan credit life per November tahun ini.
“Seharusnya bisa lebih besar, tetapi kontribusi bancassurance cenderung flat, sedangkan agen pertumbuhannya kurang agresif,” tambahnya.
Seperti diketahui, jalur distribusi bancassurance berkontribusi 56% dari total pendapatan premi bruto yang diraup Allianz Life, sisanya disumbang oleh agen.
Untuk saat ini, Allianz Life bekerja sama dengan enam bank a.l PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN), HSBC Indonesia, Standard Chartered Bank Indonesia, dan PT Bank Muamalat Indonesia Tbk.