Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saatnya Bank Syariah Mulai Berbenah

Kinerja sektor perbankan syariah sepanjang 2014 mengalami perlambatan pertumbuhan bila dibandingkan dengan dengan tahun-tahun sebelumnya.

 

Bisnis.com, JAKARTA--Kinerja sektor perbankan syariah sepanjang 2014 mengalami perlambatan pertumbuhan bila dibandingkan dengan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia, aset bank umum syariah pada November 2014 senilai Rp197,5 triliun mengalami kenaikan senilai Rp23,5 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp174 triliun.

Kendati demikian apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yakni pada 2013, aset yang dimiliki bank umum syariah senilai Rp180,36 triliun mengalami kenaikan Rp42,77 triliun dibandingkan tahun 2012.

Kenaikan aset juga dialami bank umum syariah pada 2012 dari sebelumnya Rp116,93 menjadi Rp147,5 triliun Rp30,6 triliun.

Sekretaris Jenderal Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Syakir Sula mengakui kinerja perbankan syariah mengalami perlambatan apabila dibandingkan tiga hingga empat tahun ke belakang.

"Syariah memang mengalami perlambatan pertumbuhan pada tahun lalu. Rerata pertumbuhan bank syariah beberapa tahun lalu bisa mencapai 39% tetapi tahun 2014 kemarin hanya 12%. Bahkan, bank konvensional pertumbuhannya 15%," ujarnya seperti dikutip Bisnis.com, Rabu (28/1/2015).

Rencana Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk memperbesar industri keuangan syariah di Indonesia, menurutnya, harus dibarengi dengan kinerja yang baik oleh para pelaku perbankan syariah pada tahun Kambing Kayu ini.

Terlebih lagi, pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) perbankan syariah pada November 2014 mencapai 4,86%, mengalami kenaikan bila dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya 3,08%.

Untuk rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) perbankan syariah pun pada November 2014 sebesar 78,22% mengalami penurunan bila dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya mencapai 83,88%.

"BOPO syariah lebih tinggi dari bank konvensional, ini menunjukkan ketidakefisienan bank syariah," katanya.

Perbankan syariah diharapkan dapat mengecilkan nilai BOPO pada tahun ini dengan melakukan efisiensi operasional. Syakir menuturkan untuk memperbesar perbankan syariah pun dibutuhkan perbaikan sumber daya manusia (SDM) di perbankan syariah seharusnya memiliki kemampuan mumpuni seperti yang ada di perbankan konvensional.

Pasalnya, selama ini sumber daya manusia yang ada di perbankan syariah merupakan kualitas 'kelas dua' yang berbeda dengan induknya maupun bank konvensional lainnya.

"Harus ada perbaikan syariah karena SDM syariah selama ini, sisa dari bank induk. Mestinya kualitas mereka sama dengam bank induk," ucapnya.

Kurangnya sosialisasi perbankan syariah juga menjadi salah satu faktor kurang dikenali di lingkungan masyarakat.

Perbankan syariah perlu melakukan peningkatan sosialisasi dan jaringan di masyarakat sehingga menghimpun dana dari masyarakat.

"FDR [financing to deposit ratio] perbankan syariah mencapai 94% artinya perlu peningkatan sosialisasi dan jaringan karena dana yang masuk dan disimpankan di bank syariah tidak terlalu besar. Orang masih belum tahu cara mengakses bank syariah, ini perlu jadi fokus pelaku syariah," tutur Syakir.

Dia pun optimistis apabila perbankan menggenjot upaya memperluas jaringan, sosialisasi, melakukan efisiensi dan perbaikan kualitas SDM, kinerja perbankan syariah akan mengalami pertumbuhan seperti tiga tahun lalu.

Dia pun mengapresiasi rencana OJK untuk membentuk bank besar syariah pada tahun ini. Namun, dia menyarankan agar proyek pendanaan infrastruktur program pemerintah bisa melalui perbankan syariah sebelum disalurkan kepada badan usaha milik negara (BUMN).

"Dari APBN ngalir ke bank syariah dulu sebelum ke BUMN untuk proyek infrastruktur. Itu salah satu cara untuk memperkuat bank syariah," ujarnya Syakir.

Deputi Komisioner bidang Pengawasan Perbankan dari OJK Mulya Siregar optimistis industri perbankan syariah mengalami pertumbuhan yang lebih baik pada tahun ini.

Pihaknya pun memproyeksikan aset industri perbankan dapat bertumbuh sebesar 17,96%. 

"Tahun lalu aset hanya bertumbuh 12,96%, tahun ini akan bertumbuh 17,96%. Ruang dan potensi pertumbuhan industri perbankan syariah di Indonesia masih sangat besar saat ini," katanya.

Perbankan syariah, lanjutnya, diharapkan pada tahun ini dapat menciptakan produk yang lebih kreatif dan inovatif agar dapat bertumbuh.
"Saya pikir tinggal mereka yang harus pandai-pandai saja melakukan inovasi supaya mereka punya kemampuan untuk menggalang dana dengan lebih baik," kata Mulya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Achmad K Permana optimistis pertumbuhan perbankan syariah sepanjang tahun ini mencapai 15%-20%.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper