Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OCBC NISP Pacu Kredit di Industri CPO

PT Bank OCBC NISP Tbk. bakal memacu penyaluran kredit ke industri crude palm oil mencapai Rp7,5 triliun hingga akhir tahun nanti melihat potensi dan dampak positif dari sektor ini dalam jangka panjang.
PT Bank OCBC NISP Tbk. bakal memacu penyaluran kredit ke industri crude palm oil mencapai Rp7,5 triliun hingga akhir tahun nanti melihat potensi dan dampak positif dari sektor ini dalam jangka panjang./JIBI
PT Bank OCBC NISP Tbk. bakal memacu penyaluran kredit ke industri crude palm oil mencapai Rp7,5 triliun hingga akhir tahun nanti melihat potensi dan dampak positif dari sektor ini dalam jangka panjang./JIBI

 Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank OCBC NISP Tbk. bakal memacu penyaluran kredit ke industri crude palm oil mencapai Rp7,5 triliun hingga akhir tahun nanti melihat potensi dan dampak positif dari sektor ini dalam jangka panjang.

Managing Director Bank OCBC NISP Martin Widjaja mengatakan dari analisis komprehensif perusahaan, industri crude palm oil (CPO) dinilai memiliki potensi besar terutama dalam jangka panjang. Pasalnya, kendati harga CPO mengalami penurunan dari US$800 menjadi US$600 per metric ton, Martin menyebutkan rerata ongkos produksi di Indonesia masih termasuk yang terendah di dunia, sehingga produsen CPO dinilai masih memiliki peluang besar untuk meraup untung.

Sektor ini, juga dipandang memiliki efek domino yang besar dari transaksi valas dan payroll. Selain itu, menurut Martin, meski pemerintah mengenakan aturan pembayaran pungutan bagi para eksportir kelapa sawit mentah tersebut untuk mendanai subsidi biodesel, tapi kebijakan tersebut bakal memberikan dampak positif bagi sektor ini dalam jangka panjang.

Adapun, Martin menuturkan hingga akhir 2013, eksposure ke sektor CPO masih berada di bawah Rp3 triliun. “Sampai Mei 2015, exposure kami sampai Rp6 triliun. Hingga akhir tahun nanti, kami bidik posisinya Rp7 triliun-Rp7,5 triliun,” ujar Martin di Jakarta, Kamis malam (25/6/2015).

Dengan posisi tersebut, hingga kini, penyaluran kredit ke sektor CPO tercatat telah menempati posisi 10% dari total kredit yang disalurkan perusahaan.

Untuk mengantisipasi risiko pemburukan kredit di sektor ini, Martin menuturkan pihaknya sangat selektif dalam menyalurkan pembiayaan dengan memilih produsen CPO yang solid, memperhatikan lingkungan, dan memiliki rerata cost of production yang terjaga. Dengan strategi tersebut, hingga kini emiten berkode saham NISP tersebut, kata Martin, belum mencatatkan adanya non-performing loan (NPL) di sektor CPO.

Adapun, selain CPO, tahun ini NISP juga menyalurkan kredit ke sektor komoditas lainnya yakni industri gula. Namun, melihat harga gula di Tanah Air dinilai kurang kompetitif dibanding luar negeri, Martin menuturkan perusahaan lebih membidik penyaluran pembiayaan ke pabrik gula yang dinilai memberikan dampak pada peningkatan kualitas industri ini.

Secara keseluruhan, dari laporan keuangan Bank OCBC NISP, hingga kuartal I/2015 perusahaan telah menyalurkan kredit senilai Rp69,97 triliun atau naik 10% dari Rp63,57 triliun di periode yang sama tahun lalu. Dengan penyaluran tersebut, perusahaan mencatatkan NPL di posisi 0,8% atau naik tipis dari 0,4% pada Maret 2014.

Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun perusahaan melaju lebih tinggi atau naik 31% secara year on year (y-o-y) dari Rp62,82 triliun pada Maret 2014 menjadi Rp82,41 triliun di bulan yang sama tahun ini.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper