Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Mandiri: Indonesia Perlu Sektor Keuangan Kuat

PT Bank Mandiri Tbk menyatakan Indonesia membutuhkan sektor keuangan yang kuat untuk menciptakan kestabilan perekonomian.
Dirut Bank Mandiri Tbk. Budi G Sadikin (kiri) berbincang dengan Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro./JIBI-Akhirul Anwar
Dirut Bank Mandiri Tbk. Budi G Sadikin (kiri) berbincang dengan Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro./JIBI-Akhirul Anwar

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Mandiri Tbk menyatakan Indonesia membutuhkan sektor keuangan yang kuat untuk menciptakan kestabilan perekonomian.

Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin mengatakan sektor keuangan yang kuat dan dalam itu sangat dibutuhkan untuk mendukung pencapaian target-target pembangunan serta menciptakan kestabilan perekonomian.

Indonesia, lanjutnya, membutuhkan dukungan pembiayaan yang kuat untuk meningkatkan ketersediaan infrastruktur. Kebutuhan itu tidak mungkin hanya dipenuhi oleh sistem perbankan karena keterbatasan dana pihak ketiga.

"Kita perlu membangun infrastruktur pasar keuangan yang memungkinkan adanya kontribusi signifikan kepada pembiayaan pembangunan," ujarnya di Jakarta, Senin (7/9/2015).

Menurutnya, saat ini seluruh pemangku kepentingan perlu menginvestasikan seluruh sumber daya untuk membangun infrastruktur pasar keuangan. Hal itu dilakukan agar pemerintah mendapatkan alternatif sumber pembiayaan pembangunan, selain dari sektor perbankan maupun pinjaman luar negeri.

"Pembangunan infrastruktur pasar keuangan dapat dilakukan melalui kombinasi kebijakan moneter, publik dan fiskal. Misalnya, relaksasi ataupun deregulasi dalam hal perizinan sehingga dapat mempercepat dan mempermudah proses emisi, ucap Budi.

Kelebihan dari pendalaman sektor keuangan yang jika berhasil dilakukan akan meningkatkan produk domestik bruto (GDP) menjadi US$600 miliar pada tahun 2030 dan kenaikan pemasukan per kapita sebesar 15%.

Relatif Dangkal

Riset Mandiri Institute dan Oliver Wyman memperlihatkan jika pasar finansial Indonesia relatif masih dangkal dibandingkan negara lain di Asia Tenggara.

Hal ini terlihat dari jumlah emiten saham di Bursa Efek Indonesia yang mencapai 540 perusahaan, dibandingkan dengan 1.400 perusahaan di Thailand dan 2.360 perusahaan di Malaysia. Jumlah emiten obligasi domestik sebanyak 140 perusahaan, dibandingkan dengan 304 emiten di Thailand dan 1.008 di Malaysia.

Tingkat partisipasi investor ritel di pasar keuangan Indonesia baru mencapai 0,2% dari total populasi atau sekitar 450.000 investor.

Partisipasi investor ritel di India telah mencapai 2% dari total populasi. Hal ini menyebabkan tingkat kontribusi pasar saham Indonesia ke PDB baru mencapai kisaran 49%, dibandingkan dengan Thailand (111%) atau Malaysia (141%), atau India (149%).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper