Bisnis.com, JAKARTA—PT Bank Internasional Indonesia Tbk. memundurkan rencana penerbitan sertifikat deposito akibat kondisi pasar dan kebutuhan penyaluran kredit yang dinilai belum mendesak.
Direktur Keuangan BII Thilagavathy Nadason mengungkapkan hingga kini perusahaan masih mempertimbangkan tingkat suku bunga di pasar. Selain itu, menurutnya pertumbuhan kredit masih stabil sehingga kondisi likuiditas pun masih mencukupi untuk ekspansi bisnis.
“Masih ada kemungkinan, tapi saya tak tahu pasti apakah akan diterbitkan di kuartal empat atau di kuartal satu tahun depan,” jelas Thila di Jakarta, Selasa (22/9).
Adapun, sebelumnya emiten berkode saham BNII ini berencana bakal menerbitkan negotiable certificate deposit (NCD) III dengan nominal berkisar Rp500 miliar hingga Rp1 triliun pada kuartal III/2015. Penerbitan surat berharga dalam mata uang rupiah tersebut, dilakukan untuk menjaga portofolio sumber dana agar tak hanya bergantung pada deposito berjangka.
Selain itu, Thila sempat menyebutkan penerbitan NCD tersebut juga dilakukan untuk membiayai jika ada kebutuhan pendanaan kredit dalam nominal besar. “Tapi kalau tidak ada pipeline loan yang besar, mungkin NCD-nya tidak akan diterbitkan,” kata Thila.
Dalam penjelasannya, Thila menyebutkan BNII tengah melakukan pembicaraan dengan beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN), termasuk Garuda dan Angkasa Pura terkait penyaluran kredit infrastruktur. Namun, pembicaraan tersebut, tambah Thila, belum mencapai kesepakatan pasti mengingat BII pun masih menunggu kejelasan rencana pembangunan infastruktur dari pemerintah.
Sementara itu, per Agustus 2015, Thila menyebutkan pertumbuhan kredit di perusahaan masih di bawah tren secara industri. Penyumbang terbesar kredit, sebut dia, yakni segmen business banking dan ritel banking dengan pertumbuhan mencapai 13%-14%. Sementara, lanjut Thila, segmen korporasi hanya mencatatkan kenaikan tipis saat memasuki paruh ketiga tahun ini.
“Jadi secara keseluruhan kami masih single digit [pertumbuhan kredit],” kata Thila.
Hingga akhir tahun nanti, Thila menyebutkan perusahaan diproyeksi hanya akan mencatatkan pertumbuhan kredit di posisi single digit atau di bawah target dalam Rencana Bisnis Bank (RBB). Dalam RBB, BNII menerakan bakal mencatatkan pertumbuhan kredit di posisi 11% secara tahunan (yoy).
Untuk sumber dana, lanjut Thila, pihaknya bakal tetap mengutamakan penghimpunan dari dana pihak ketiga (DPK) hingga akhir tahun nanti.
Presiden Direktur BII Taswin Zakaria mengungkapkan penerbitan surat berharga tersebut diharapkan bakal menawarkan harga yang lebih baik. “Kami nanti lihat harganya, paling tidak sama atau lebih baik [dari tingkat kupon NCD II],” ujar Taswin.
Dalam catatan Bisnis, perusahaan telah menerbitkan NCD II Bank BII 2015 pada 22 Juni 2015 dengan nilai total Rp635 miliar yang diterbitkan dalam 3 seri. Ketiga seri surat berharga tersebut dikenakan bunga masing-masing sebesar 8,7%, 8,85%, dan 9,15%.