Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Rate Berpeluang Turun? Ini Kata Gubernur Bank Indonesia

Gubernur Bank Indonesia Agus D.W Martowardojo mengatakan fundamental ekonomi di dalam negeri menunjukkan kondisi perbaikan yang cukup berarti. "Dalam RDG kita melihat fundamental ekonomi Indonesia mengalami perbaikan," ujarnya seusai rapat FKSSK di Ditjen Pajak, Kamis (22/10/2015) malam.
Bank Indonesia/Ilustrasi-Bisnis
Bank Indonesia/Ilustrasi-Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA-- Dalam Rapat Dewan Gubernur bulanan pada Oktober, Bank Indonesia menyatakan ada ruang pelonggaran untuk suku bunga acuan atau BI Rate.

Gubernur Bank Indonesia Agus D.W Martowardojo mengatakan fundamental ekonomi di dalam negeri menunjukkan kondisi perbaikan yang cukup berarti.

"Dalam RDG kita melihat fundamental ekonomi Indonesia mengalami perbaikan," ujarnya seusai rapat FKSSK di Ditjen Pajak, Kamis (22/10/2015) malam.

Hal itu terlihat dari inflasi yang sebelumnya diperkirakan berada di kisaran 4% plus minus 1% atau dikisaran 4,3%.

"Saat pembahasan di RDG terakhir kami melihat bahwa inflasi di akhir 2015 akan di bawah 4%. Dan kalo ini bisa dipertahankan akan di kisaran 3,6%," katanya.

Kondisi current account atau transaksi berjalan juga menujukkan adanya perbaikan, 

Kondisi current account deficit (CAD) pada kuartal III/2015 diperkirakan diberada di bawah 2% dari Gross Domestic Product (GDP) atau sekitar 1,8% dari GDP.

"Sehingga terlihat bahwa sepanjang tahun kuartal I, II, dan III 2015 secara konsisten kondisi yang dicapai lebih baik dibanding kuartal I, II, dan III 2014," ucap Agus.

Sepanjang 2015, lanjutnya, transaksi berjalan diproyeksikan akan mengalami perbaikan defisit menjasi 2% hingga 2,1% dari tahun 2014 yang sebesar 3,1%.

Kondisi perbaikan fundamental ekonomi Indonesia juga dilihat dari adanya trade surplus yang terjadi pada Januari hingga September.

Kendati demikian, pihaknya tetap mewaspadai perkembangan eksternal terutama tiga aspek yakni pertama pertumbuhan ekonomi Cina yg akan ada cenderung melemah.

"Kami yakin pelemahan ini bisa berjalan dan tidak membawa dampak signifikan pada ekonomi dunia khususnya emerging," tuturnya.

Selain itu, tambah Agus, rencana China untuk melaksanakan internasionalisasi mata uang Renminbi (RMB) dimana yang nantinya pengelolaan kurs tersebut akan lebih dikelola secara moneter independen dengan current account yang lebih terbuka

"Tentu ini akan ada risiko khusus dalam pelaksanaan dengan pertimbangkan mata uang dolar yang menguat dan upaya untuk Cina bertahan menjaga pertumbuhan ekonominya tidak menurun lebih besar," ujarnya.

Kedua, terkait normalisasi kebijakan The Fed dimana ada ketidakpastian. Ketidakpastian tersebut terkait kenaikan suku bunga acuan atau Fed Fund Rate (FFR).

"Apakah akan naik 2015 atau 2016. Ketidakpastian ini perlu jadi perhatian kita. Terakhir, yang harus diwaspadai yakni adanya kondisi berlanjutnya penyesuaian harga komoditas," ucapnya.

Agus menambahkan pihaknya akan tetap mewaspadai kondisi ekternal kendati kondisi ekonomi domestik menunjukkan arah yang lebih baik dan mengalami penguatan.

"Maka kami sampaikan rilis seperti yang disampaikan. Tapi kami semua perlu jelas, kalau seandainya di bulan mendatang akan dibahas dalam rapat bulanan. Tentu ini akan semua kembali ke data independen. Kami akan lakukan satu perubahan kebijakan sepenuhnya bila didukung data," terang Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper