Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Jasa Jakarta (BJJ) yang memiliki lini digital bernama Bank Saqu membukukan kerugian sebesar Rp17,95 miliar pada kuartal I/2024, berbalik dari kondisi laba pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp38,31 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan, BJJ yang sahamnya dimiliki oleh Astra International (ASII) itu mencatatkan peningkatan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) 8,32% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp141,44 miliar pada kuartal I/2024.
Margin bunga bersih (net interest margin/NIM) BJJ pun naik dari 5,07% pada Maret 2023, menjadi 5,24% pada Maret 2024.
Namun, kerugian bank didapatkan karena deretan beban yang membengkak. Tercatat, beban operasional lainnya membengkak dua kali lipat atau dari Rp81,5 miliar pada Maret 2023, menjadi Rp163,9 miliar pada Maret 2024.
Kemampuan efisiensi bank besutan Astra ini pun memburuk. Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) menanjak dari 73,63% pada Maret 2023 menjadi 111,43% pada Maret 2024.
Semakin naik rasio BOPO menunjukkan semakin tidak efisiennya perbankan dalam menjalankan usahanya.
Baca Juga
Dari sisi intermediasi, BJJ telah menyalurkan kredit Rp4,77 triliun pada kuartal I/2024, melesat 86,39% yoy. Aset pun naik 9,89% yoy menjadi Rp12,42 triliun.
Meskipun, rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) gross bank naik dari 1,22% per Maret 2023 menjadi 1,45% per Maret 2024. NPL net bank juga naik dari 0,12% ke 0,26%.
Sementara dari sisi pendanaan, BJJ telah meraup dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp5,45 triliun pada kuartal I/2024, naik 7,8% yoy.
BJJ sendiri kini telah bertransformasi menjadi bank digital setelah Astra masuk mengambil alih melalui PT Sedaya Multi Investama (SMI) atau Astra Financial. Pada 2022, Astra bersama WeLab Sky Limited mengakuisisi BJJ senilai US$500 juta. Kemudian, pada akhir tahun lalu, BJJ mengembangkan layanan digital bernama Bank Saqu.