Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Rate Turun Ekonomi Membaik, Bank Sentral: Itu Terlalu Muluk

"Teman-temah di korporasi dan di politik sering mengira bahwa Bank Sentral bisa mengendalikan suku bunga di dalam negeri. Mereka menganggap kalau Bank Indonesia turunkan BI rate maka bereslah problem ekonomi di negeri ini. Itu terlalu muluk," katanya.nn

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) menyatakan akan ada ruang pelonggaran suku bunga acuan atau BI Rate.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengatakan ruang penurunan BI Rate tergantung situasi pasar keuangan internasional.

Pasalnya, ekonomi Indonesia sangat ketergantungan pada modal dari luar negeri yang besar.

"Ruang penurunan kebijakan moneter itu subject to situasi pasar keuangan internasional. Mengapa? Ekonomi kita ini, seperti APBN [Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara] itu defisit dibayai dari penerbitan surat utang negara," ujarnya di Jakarta, Kamis (5/11/2015) malam.

SUN Indonesia sebesar 38% dimiliki oleh investor asing yang artinya kemauan para investor asing pasti mempangaruhi terhadap modal yang masuk ke indonesia.

Sektor korporasi, lanjutnya, memiliki ketergantungan yang lebih besar terhadap modal dari luar negeri.

Utang luar negeri sektor korporasi pada 2009 tercatat hanya US$75 miliar sekarang menjadi US$169 miliar inilah yang menjadi bukti bahwa ketergantungan sektor korporasi pada modal luar negeri itu sangat besar.

Mirza pun mengakui bahwa industri perbankan dan industri keuangan non bank (IKNB) belum mampu untuk membiayai seluruh kebutuhan pembiayaan di Indonesia.

"Apakah itu sesuatu yang unik? enggak unik. Pemerintah Amerika pun defisitnya dibiayai oleh investor asing, surat utang negara mereka beberapa dari pemerintah China, Jepang jadi bukan sesuatu yang unik. Tapi masalahnya, kalau mereka penerbitannya dolar dan dolar nya itu bisa dicetak. Kalau Indonesia, Bank Indonesia tidak bisa mencetak dolar," ucapnya.

Oleh karena itu, Bank Indonesia sangat berhati-hati dalam pengendalian ekonomi dan kebijakan moneter dalam rangka menjaga stabilitas.

Menurutnya, stabilitas ini sangat penting. Dari sisi perbankan, stabilitas ini membuat kalangan perbankan bisa menjalankan usahanya dan menyalurkan kredit.

"Teman-temah di korporasi dan di politik sering mengira bahwa Bank Sentral bisa mengendalikan suku bunga di dalam negeri. Mereka menganggap kalau Bank Indonesia turunkan BI rate maka bereslah problem ekonomi di negeri ini. Itu terlalu muluk," katanya.

Sebelumnya sejumlah pihak menyatakan saat ini momentum yang tepat bagi BI untuk menurunkan suku bunga acuan karena rendahnya inflasi, bahkan cenderung deflasi. Hal itu sempat disampaikan oleh Menko Perekonomian Darmin Nasution yang juga mantan Gubernur BI.

Mirza kembali lagi menegaskan bahwa ketergantungan Indonesia sangat besar sekali terhadap dana dari luar negeri.

Menurutnya, apabila kebijakan moneter di perlonggar, hanya akan membuat capital outflow atau arus dana keluar yang besar sehingga berdampak pada kalangan perbankan yang akan menaikkan suku bunga deposito.

Dia menilai kebijakan moneter baru terbilang sukses, apabila kebijakan moneter dilonggarkan namun suku bunga deposit dan kredit pun ikut menurun.

"Kita tidak bisa mencegah orang-orang membawa dananya keluar karena Indonesia rezim bebas. Pelonggaran moneter ini hanya membuat capital outflow maka capital outflow itu malah akan membuat deposit rate bank itu naik. Itu pasti. Hal ini sulit sekali saya jelaskan kepada teman-teman disisi debitur," tutur Mirza.

Padahal, industri perbankan dapat beroperasi apabila memiliki funding atau sumber dana sehingga fungsi intermediasi perbankan pun juga berjalah.

Oleh karena itu, stabilitas dalam funding ini menjadi penting di tengah kondisi global seperti ini.

Mirza juga berharap agar bank sentral Amerika atau Fed Federal Reverse akan semakin jelas atau memberikan kepastian dalam rencana penaikkan suku bunga acuannya atau Fed Fund Rate (FFR).

"Jadi kalau nanti Fed semakin jelas, mudah-mudahan semakin jelas. Apa jelasnya? Setahun lalu, masih perkirakan naiknya cepat 0,25 basis poin setiap bulan, saat ini mungkin naiknya sangat lambat dari pidato Yellen. Mereka akan sangat hati-hati naiknya bunga. Kenaikan bunga pertama mungkin terjadi Desember, atau mungkin juga terjadi tahun depan baru naik bunga," terang Mirza.

Apabila kenaikan bunga The Fed ini akan dilakukan secara hati-hati dan perlahan oleh Bank Sentral Amerika, maka tak menutup kemungkinan Otoritas Moneter Indonesia akan melonggarkan BI rate yang saat ini berada di level 7,5%.

"Kalau naik bunga sangat hati-hati maka bisa saja kebijakan moneter dilonggarkan tetapi intinya adalah kita inginkan stabilitas," ujar Mirza.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper