Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku industri dana pensiun tak meminati investasi medium term notes dan repurchase agreement dalam strategi pengelolaan aset tahun ini.
Mudjiharno M. Sudjono, Ketua Umum Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI), mengatakan para pelaku industri tentunya memerlukan waktu penjajakan yang lebih panjang sebelum memanfaatkan instrumen baru dalam portofolio investasinya, terutama repurchase agreement atau repo.
Medium term notes (MTN), sebut dia, sebenarnya merupakan instrumen yang sudah tersedia sejak lama, tetapi baru mulai akan digalakan lagi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Karena itu, MTN dinilai lebih potensial untuk dimanfaatkan pelaku pada tahun ini, kendati dengan porsi yang masih terbilang minim.
“Instrumen baru bagi pelaku perlu analisa yang agak seksama dan njlimet. Jadi, kemungkinan untuk dana pensiun, tunggu dulu lah,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (2/2/2016).
Mudjiharno, yang juga menjabat sebagai Direktur Utama Dapen BRI, mengungkapkan pihaknya juga belum akan memanfaatkan instrumen baru tersebut pada 2016, khususnya repo.
Strategi investasi dapen yang mengelola dana pensiun PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. itu sesuai dengan arahan dari pendirinya.
Kendati begitu, pihaknya akan mulai menjajaki investasi pada instrumen MTN dan juga reksa dana penyertaan terbatas (RDPT) yang digulirkan OJK untuk membiayai proyek-proyek sektor riil nasional.
Sujadi Merdekarianto, Direktur Kepesertaan Dapen Telkom, mengungkapkan pihaknya juga belum akan menjajaki kedua instrumen investasi tersebut sepanjang 2016.
“Repo dan MTN itu baru, tetapi kami tidak masuk ke situ. Kami perlu kaji dulu lah. Untuk terlibat di infrastruktur melalui RDPT juga belum,” ungkapnya.
Hingga akhir 2015, Sujadi menjelaskan pihaknya memiliki total dana kelolaan sebesar Rp16,7 triliun dengan jumlah peserta penisunan mencapai 30.000 orang dan pekerja aktif di PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. sebanyak 11.000 orang.
Dia menjelaskan instrumen surat utang, baik SBN maupun obligasi korporasi, meraih porsi hingga 60% dari nilai total investasi. Menyusul instrumen saham dengan porsi 31%, deposito 8% dan sisanya melalui penyertaan langsung dan properti.
Dengan strategi serupa, pihaknya berharap mampu meraup hasil investasi yang lebih signifikan pada tahun ini.
“Target tahun ini hasil investasi di atas 11 persen, setelah tahun kemarin hanya 3,62% karena pasar [saham dan obligasi] juga turun.”
POJK Nomor 3/POJK.05/2015 tentang investasi dana pensiun yang terbit pada April lalu menyatakan perusahaan Dapen bisa menempatkan dana kelolaannya dalam investasi baru, yakni MTN dan repo.
Perusahaan Dapen yang bisa berinvestasi di kedua instrumen itu harus memiliki dana investasi minimal Rp200 miliar. Selain itu, perusahaan harus memiliki tingkat risiko yang rendah, memiliki manajemen risiko yang memadai dan menggunakan jasa penasehat investasi yang telah mendapat izin dari OJK.
Adapun, porsi investasi di MTN disyaratkan maksimal 10% dari total investasi sedangkan untuk repo maksimal 5% dari total investasi.