Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Negoisasi Pendanaan Kereta Cepat Belum Tuntas, KCIC: Ini Bukan Hambatan

Perusahaan patungan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) masih terus melakukan negoisasi pinjaman dari China Development Bank (CDB) sebagai sumber pendanaan untuk proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.
Ilustrasi: Kereta cepat Jepang/Reuters
Ilustrasi: Kereta cepat Jepang/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan patungan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) masih terus melakukan negoisasi pinjaman dari China Development Bank (CDB) sebagai sumber pendanaan untuk proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.

Direktur Utama KCIC Hanggoro Budi Wiryawan mengatakan pinjaman dari CBD tersebut belum diperoleh sampai saat ini bukan karena adanya hambatan tertentu.

“Ini prosesnya memang panjang. Kalau bicara pihak private mau dapat pinjaman dari PMA [penanam modal asing], prosesnya memang panjang, apalagi tidak ada government guarantee [pinjaman pemerintah],” katanya di sela-sela acara Indonesia Infrastructure Week, Kamis (10/11/2016).

Hanggoro mengatakan pihaknya akan terus berjuang untuk mendapatkan pinjaman tersebut. Hanggoro belum bersedia menyebutkan nilai pinjaman yang akan diperoleh KCIC pada tahap pertama. KCIC, ujarnya, sekarang memfinalisasi pinjaman tersebut.

Seperti diketahui, nilai investasi proyek kereta cepat itu senilai US$5,13 miliar atau setara Rp70,8 triliun. Dana investasi itu akan dipenuhi dari setoran modal sebesar 25% dari pemegang saham KCIC dan sisanya, sekitar 75% akan dibiayai dari pinjaman perbankan.

Nilai pinjaman itu diperkirakan mencapai sekitar Rp50 triliun yang terdiri dari 60% berdenominasi dolar AS dengan bunga tetap 2% per tahun dan 40% berdedominasi remimbi dengan bunga tetap 3,46% per tahun. Jangka waktu pengembalian mencapai 40 tahun termasuk grace period 10 tahun.

Hanggoro mengatakan perseroan sedang menyelesaikan aspek hukum terkait proyek kereta cepat itu. Selain itu, KCIC juga tengah membahas mengenai asuransi dari pinjaman yang diberikan oleh CDB itu.

Seperti diketahui, KCIC adalah perusahaan patungan yang dimiliki oleh konsorsium BUMN Indonesia dan konsorsium korporasi China dimana perusahaan dalam negeri menguasi 60% saham dan sisanya dimiliki oleh investor asing.

Konsorsium BUMN yang terdiri dari PT Wijaya Karya (Persero) Tbk., PT Jasa Marga (Persero) Tbk., PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) dan PT Kereta Api Indonesia (Persero) Tbk., tersebut membentuk PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI)

Berdasarkan data Wijaya Karya, pada 2016, biaya pembangunan itu diperkirakan mencapai Rp12,93 triliun dimana dananya berasal dari KCIC sendiri  Rp3,2 triliun dan fasilitas pinjaman Rp9,7 triliun.

Pada 2017, biaya pembangunan diperkirakan mencapai Rp26,12 triliun, yang berasal dari dana sendiri Rp6,53 triliun dan fasilitas pinjaman Rp19,59 triliun.

Pada 2018, biaya pembangunan sebesar Rp31,77 triliun yang berasal dari dana sendiri KCIC Rp7,94 triliun dan fasilitas pinjaman Rp23,82 triliun. Secara keseluruhan, dana sendiri KCIC mencapai Rp17,7 triliun dan fasilitas pinjaman Rp53,12 triliun.

Pengerjaan proyek kereta cepat itu diperkirakan bakal berlangsung sejak 2016-2018. Perusahaan mengharapkan proyek itu dapat menimbulkan efek berganda terhadap perekonomian dan pembukaan lapangan kerja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yodie Hardiyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper