Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Indonesia Fokus Operasi Moneter Untuk Jaga Likuiditas

Bank Indonesia menyatakan sejauh ini tetap fokus pada operasi moneter dalam upaya menjaga likuiditas perbankan Indonesia
Kantor Bank Indonesia/Reuters-Darren Whiteside
Kantor Bank Indonesia/Reuters-Darren Whiteside

Bisnis.com, JAKARTA—Bank Indonesia menyatakan sejauh ini tetap fokus kepada operasi moneter dalam upaya menjaga likuiditas industri perbankan Indonesia.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan opsi lain dalam menjaga likuiditas, seperti perubahan giro wajib minimum (GWM), butuh kajian lebih jauh. Hal ini perlu dibicarakan lebih lanjut dalam rapat dewan gubernur Bank Indonesia.

“Enggak [belum ada langkah selain operasi moneter]. Kalau GWM itu kan bentuk kebijakan yang akan dikaji saat rapat dewan gubernur BI,” tuturnya.

Secara keseluruhan, bank sentral menekankan bahwa likuiditas perbankan saat ini cukup. Hal ini utamanya terpengaruh kebijakan fiskal, semisal adanya belanja negara, prefunding, hingga akan kembali masuknya dana repatriasi dari tax amnesty.

Pada sisi lain, kendati BI menyatakan likuiditas terus melonggar, kalangan perbankan tetap mengantisipasi potensi pengetatan pada akhir tahun. Hal ini dikemukakan salah satunya oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan likuiditas perbankan saat ini masih berat. Salah satunya disebabkan penerbitan surat utang di dalam negeri, baik oleh pemerintah maupun oleh korporasi, sedangkan pertumbuhan dana pihak ketiga terus melambat.

Pada September 2016, pertumbuhan dana masyarakat tercatat sebesar 4% secara tahunan atau tumbuh melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 6,7% secara tahunan. “Orang-orang punya persepsi akhir tahun likuiditas akan ketat, jadi bank-bank mulai naikin suku bunga,” katanya. 

Tiko, sapaan akrabnya, menuturkan peningkatan suku bunga deposito di akhir tahun merupakan fenomena yang sering terjadi. Hal ini salah satunya dipicu meningkatnya kebutuhan pembiayaan nasabah untuk membayar pajak.

Oleh karena itu, perseroan telah bersiaga dengan menaikkan suku bunga special rate sebelum akhir tahun. Dengan seringnya terjadi pengetatan likuiditas bank di akhir tahun, imbuh Tiko, bank-bank ke depan harus bisa mengatur kondisi kecukupan dana lebih baik.

Kredit

Sejalan dengan likuiditas yang dinilai longgar, kinerja penyaluran kredit perbankan juga diyakini baik. Bank Indonesia setia kepada target pertumbuhan kredit mereka sebesar 7% sampai dengan 9%. Adapun untuk tahun depan, BI memproyeksikan kredit bisa tumbuh antara 11% - 12%.

Pertumbuhan kredit 2017 yang diperkirakan jauh lebih pesat ketimbang tahun ini itu dengan asumsi pertumbuhan domestik bruto (PDB) ada di level 5,2%. Apabila PDB di bawah kisaran ini maka BI menilai pertumbuhan kredit bakal di bawah 11%.

Adapun terkait perlambatan pertumbuhan penyaluran kredit pada 2016, BI menilai ini terpengaruh koreksi kredit valas. Kondisi ini terimbas pelemahan ekspor lantaran pertumbuhan ekonomi global yang belum kembali sehat.

 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dini Hariyanti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper