Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Bank Jumbo (BBRI, BBCA, BMRI, BBNI) Lesu usai BI Rate Ditahan

Saham emiten perbankan jumbo seperti BBRI, BBCA, BMRI hingga BBNI kompak menurun usai Bank Indonesia menahan suku bunga acuan alias BI Rate.
Logo Bank Indonesia (BI) di kantor pusat Bank Indonesia, Jakarta pada Kamis (23/11/2023). / Bloomberg-Rosa Panggabean
Logo Bank Indonesia (BI) di kantor pusat Bank Indonesia, Jakarta pada Kamis (23/11/2023). / Bloomberg-Rosa Panggabean

Bisnis.com, JAKARTA — Saham emiten perbankan jumbo seperti BBRI, BBCA, BMRI hingga BBNI kompak menurun usai Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan alias BI Rate dalam pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan pada hari ini, Rabu (18/6/2025).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) parkir di zona merah 0,51% atau minus 10 poin ke level Rp3.940 per saham. 

BBRI diperdagangkan dengan rerata harga Rp3.926,34 hingga penghujung hari ini, dengan mencatatkan kapitalisasi pasar senilai Rp591,2 triliun.

Sementara itu, saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) terdepresiasi 1,93% atau minus 175 poin ke level Rp8.900 per saham, tertinggi di antara bank jumbo lainnya.

Rerata harga saham bank milik Grup Djarum ini tercatat sebesar Rp8.926,67. Kapitalisasi pasar BBCA menembus Rp1.086 triliun.

Lebih lanjut, harga saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) menurun 25 poin atau 0,49% menjadi Rp5.075 per saham pada perdagangan hari ini.

BMRI diperdagangkan dengan rata-rata harga senilai Rp5.053,09 dan mencatatkan kapitalisasi pasar Rp469 triliun.

Terakhir, bank pelat merah lainnya yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) juga mencatatkan koreksi harga saham 1,38% alias 60 poin menuju level Rp4.300 per saham.

Harga rata-rata saham BBNI hari ini adalah Rp4.297,04. Kapitalisasi pasar BBNI tercatat sebesar Rp158,8 triliun.

Adapun, Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan BI Rate pada level 5,50%. Bank sentral juga menetapkan suku bunga deposit facility sebesar 4,75% dan suku bunga lending facility sebesar 6,25%.

Gubernur BI Perry berujar bahwa keputusan ini sejalan dengan tetap terjaganya prakiraan inflasi 2025 dan 2026 dalam sasaran 2,5±1%, kestabilan nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi, serta perlunya untuk tetap turut mendorong pertumbuhan ekonomi.

“Bank Indonesia akan terus mencermati ruang penurunan BI Rate guna mendorong pertumbuhan ekonomi, dengan tetap mempertahankan inflasi sesuai dengan sasarannya dan stabilitas nilai tukar sesuai dengan fundamentalnya,” ujarnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper