Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi XI DPR Achmad Hafisz Thohir menyatakan bahwa pernyataan Presiden Jokowi bahwa perlu mengukur nilai tukar rupiah dengan yuan selain dolar AS tidak tepat karena Indonesia menganut devisa bebas.
"Ya gak harus begitu, kitakan penganut devisa bebas," kata politisi PAN tersebut , Rabu (07/12/2016).
Menurutnya, pernyataan Jokowi itu tidak lebih karena posisi perekonomian Indonesia banyak bergantung pada China. Sebelumnya Indonesia lebih banyak menyandarkan kekuatan ekonominya dengan mengacu pada nilai tukar dolar AS.
"Saya kira ini karena terlalu besarnya ketergantungan ekonomi kita kepada RRC, sehingga neraca pembayaran kita banyak menyita yuan,” ujarnya. Dia menambahkan bahwa neraca perdagangan RI-China saat ini berada pada posisi posisi minus sejak tiga tahun.
Dia memperkirakan Amerika Serikat tidak akan tinggal diam ketika ditanya soal kemungkinan sikap Ameriksa Serikat atas pernyataan Presiden Jokowi tersebut.
"Tentu Amerika akan bereaksi jika memang kita merubah kebijakan menyimpan dolar menjadi Yuan dan posisi Indonesia akan sulit,” ujarnya. Walaupun di satu sisi memang saat ini hutang kita sudah mulai banyak dalam bentuk yuan (negeri China), namun sedikit banyak investasik AS dan negara Barat akan terpengaruh.
Sebelumnya Presiden Jokowi mengatakan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak bisa lagi dijadikan patokan untuk mengukur ekonomi Indonesia. Untuk itu dia meminta masyarakat juga mengukur nilai tukar rupiah dengan mata uang negara lain, seperti yuan.
Hal tersebut disampaikan Jokowi saat menjadi pembicara kunci dalam Sarasehan 100 Ekonom yang digelar Indef, di Jakarta, Selasa (6/12/2016).
Jokowi mengatakan pasca terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat, mata uang berbagai negara termasuk Indonesia mengalami pelemahan terhadap dolar AS
Namun, Jokowi menilai, melemahnya nilai tukar tersebut harusnya tidak menjadi kekhawatiran besar.