Bisnis.com, MAKASSAR - Bank Sulselbar optimistis mampu meraup pertumbuhan penyaluran kredit hingga 35% seiring dengan kondisi likuiditas perseroan yang kian longgar pada tahun ini.
Direktur Utama Bank Sulselbar Andi Muhammad Rahmat mengemukakan serangkaian ekspansi kredit juga telah direalisasikan perseroan pada awal tahun ini yang lebih cenderung pada penguatan segmen produktif.
Secara simultan, penetrasi pada segmen konsumtif juga dilakukan melalui perluasan skim kredit atau diversifikasi dalam bentuk penyaluran kredit pemilikan mobil (KPM) yang tengah digodok perseroan bersama dengan bank swasta nasional.
"Orientasi utama kami pada tahun ini memang lebih mengarah ke sektor produktif, likuiditas kami mendukung untuk lebih ekspansif, di samping tetap menjaga NPL pada level aman. Hingga akhir 2016, NPL kami berada pada angka 0,47%," katanya kepada Bisnis, Selasa (7/2/2017).
Adapun pada tahun ini, besaran nilai kredit yang ditargetkan perseroan sebesar Rp15 triliun dari realisasi tahun lalu Rp11,8 triliun, yang mana komposisi segmen produktif berada pada level 25% hingga akhir 2016.
Head of Treasury Group Bank Sulselbar Irmayanti Sulthan mengemukakan penambahan pasokan dana melalui skema pinjaman antarbank menjadi salah katalis bagi perseroan untuk lebih agresif dalam merealisasikan ekspansi pembiayaan ke segemn produktif.
Paling anyar, bank milik pemerintah daerah se-Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat ini meraih pinjaman bilateral sebesar Rp500 miliar dari PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) serta perjanjian kerjasama GMRA dengan bank swasta terbesar di Tanah Air tersebut.
"Posisi likuiditas kami tentu akan lebih longgar, memperkuat akses untuk funding" katanya.
Di sisi lain, jalinan kerjasama tersebut merupakan bentuk kepercayaan perbankan nasional terhadap Bank Sulselbar yang konsisten mencatatkan performa yang kuat dalam beberapa tahun terakhir.
Sekedar gambaran, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) Bank Sulselbar pada tahun lalu mencapai Rp11 triliun, menanjak 44,76% secara tahunan serta mencatatkan lonjakan nyaris dua kali lipat dari posisi 2013 silam yang masih berada pada angka Rp5,8 triliun.
Sejalan dengan itu, ketahanan likuiditas bank juga tercermin dari rasio alat likuid dibanding non core deposit (AL/NCD) dan AL/NCD Adjusted masin-masing berada pada level 100,4% dan 86,9% atau berada jauh di atas batas yang ditetapkan OJK sebesar 50%.
Adapun rasio pinjaman terhadap pendanaan (loan to funding ratio/LFR) Bank Sulselbar berada pada level 94,11% per Desember 2016, lebih dibandingkan dengan tahun sebelumnya 110,65%.
Posisi LFR perseroan itu bahkan lebih baik dibandingkan dengan LFR perbankan Sulawesi Selatan secara kumulatif yang berada pada angka 126%.