Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan atau OJK menekankan perlunya kepiawaian agen Laku Pandai tidak hanya sebagai agen bank tetapi juga dapat mempersuasif soal literasi keuangan kepada masyarakat agar melek berinvestasi.
Direktur Pengembangan Inklusi Keuangan OJK Eko Ariantoro mengatakan, apabila dua kegiatan tersebut dijalankan maka seorang agen Laku Pandai tidak hanya sibuk mengajak masyarakat yang jauh dari jangkauan layanan perbankan formal untuk menabung, tetapi juga untuk melek terhadap layanan keuangan.
“Agen harus pintar. Harus ada keseimbangan antara inklusi keuangan dan literasi keuangan,” tuturnya kepada Bisnis, di Jakarta, Rabu (16/5/2017).
Tahun lalu, indeks literasi keuangan Indonesia baru mencapai 29,7% sedangkan indeks inklusi sebesar 67,8%. Dibandingkan dengan tiga tahun sebelumnya persentase ini meningkat, pasalnya pada 2013 literasi keuangan baru 21,8% dan inklusi keuangan 59,7%.
Agen Laku Pandai yang paham dengan baik soal inklusi dan literasi keuangan, serta bisa mempersuasi masyarakat diharapkan bisa mengajak mereka untuk membuka rekening tabungan dan mulai menabung di bank. Tidak berhenti di sini saja, selanjutnya dapat mempersuasi agar nasabah belajar berinvestasi.
OJK sebetulnya sudah menyiapkan sejumlah layanan selain tabungan untuk mengakomodir nasabah yang hendak berinvestasi melalui agen Laku Pandai. Oleh karena itu, dibuatkan layanan keuangan mikro terpadu atau Laku Mikro.
Baca Juga
Melalui Laku Mikro itulah nasabah-nasabah bank dijangkau melalui agen Laku Pandai dapat belajar berinvestasi. Laku Mikro menyediakan instrumen investasi mulai dari asuransi mikro hingga produk investasi keuangan lain seperti reksa dana.
OJK menargetkan jumlah agen layanan keuangan tanpa kantor dalam rangka inklusi keuangan atau Laku Pandai pada 2020 mencapai satu juta orang. “Jumlah ini kalau bisa pada 2019 sudah tercapai apalagi akan ada integrasi Laku Pandai dan layanan keuangan digital dari Bank Indonesia,” ucap Eko.