Bisnis.com, BANDUNG—PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk (BNP) menyiapkan langkah mitigasi dengan menempuh jalur hukum untuk menghadapi nasabah kredit bermasalah sejalan dengan strategi perbaikan Non Performing Loan (NPL) yang tinggi.
Hingga periode Maret 2017, tercatat rasio NPL netto BNP sebesar 4,45% dengan rasio NPL gross sebesar 5,99%. Direktur Bisnis BNP Kevin Cahyadi Tatang mengungkapkan pihaknya telah menyusun dua strategi menghadapi NPL tinggi tersebut.
"Kami telah membentuk unit kerja untuk menghadapi NPL tinggi tersebut. Ada dua yang kami siapkan. Pertama, unit workout dan recovery yang akan fokus untuk melakukan restrukturisasi kredit. Unit ini akan melihat kredit dari debitur yang masih bisa diselamatkan," jelasnya, Jumat malam (2/6) dalam paparan publik BNP di Bandung.
Sedangkan, langkah kedua adalah unit mitigasi yang akan menempuh jalur hukum. Kevin menjelaskan saat ini pihaknya belum akan mendapatkan suntikan modal dari para pemegang saham. Pasalnya, Rasio Kecukupan Modal (CAR) masih terbilang cukup yakni sebesar 19,91%.
"NPL tinggi ini sebenarnya terjadi karena dampak makroekonomi yang belum membaik dua tahun terakhir. Sehingga terjadinya perlambatan ekonomi," tambahnya.
Hingga kuartal I/2017, BNP mencatat tren positif untuk rasio CAR sebesar 19,91% meningkat dibandingkan periode tahun sebelumnya yakni Maret 2016 dengan besaran 17,87.
Sedangkan NPL, walaupun terbilang tinggi, NPL netto masih berada di bawah limit ketentuan Bank Indonesia yakni 5%.
Sedangkan untuk fungsi intermediasi bank yang terlihat dari rasio LDR masih terbilang stabil dengan berada di angkat 84,35%.
Dari sisi realisasi total aset, tercatat BNP memiliki total aset sejumlah Rp7,59 triliun menurun sebesar 13,84% dibandingkan Maret 2016 (YoY). Total penghimpun simpanan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp6,16 triliun turun 15,82% (YoY).
Di sisi lain, penyaluran kredit mencapai Rp5,2 triliun turun 16,26%. Sedangkan realisasi pendapatan bunga bersih meningkat 8,34% (YoY) dari periode Maret 2016.
Jika dipaparkan, tren total penyaluran kredit BNP mengalami sedikit perlambatan. Realisasi hingga periode Maret 2017 sebesar Rp5,2 triliun atau menurun 2,24% dibandingkan Desember 2016 (YtD) dan menurun 16,27% dari periode Maret 2016 (YoY).
“Hal ini disebabkan kondisi makro ekonomi, ketatnya persaingan tingkat suku bunga yang kompetitif dan juga prinsip kehati-hatian yang diterapkan BNP untuk memelihara performa kredit yang baik,” tambah Kevin.
Pangsa pasar terbesar untuk penyaluran kredit BNP berada di provinsi Jawa Barat sebesar 73% diikuti dengan DKI Jakarta sebesar 10% dan wilayah lainnya masing-masing di bawah 10%.