Bisnis.com, JAKARTA – Laba PT Bank Nusantara Parahyangan (BNP) Tbk. anjlok 85,70 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) per Maret 2019, atau menjadi Rp1,48 miliar. Pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang naik 4,46 persen yoy menjadi Rp117,81 miliar tidak dapat membuat laba tumbuh positif.
Berdasarkan laporan publikasi, kenaikan beban operasional dan merosotnya pendapatan non-bunga berkontribusi signifikan terhadap penurunan laba perseroan. Pendapatan non-bunga turun 26,14persen yoy menjadi Rp23,1 miliar. Satu kontributor penurunan adalah pendapatan provisi yang turun 33,49 perse yoy menjadi Rp9,4 miliar.
Sementara itu, beban operasional non-bunga naik 2,82 persen yoy menjadi Rp139,37 miliar. Kenaikan utamanya disebabkan oleh beban tenaga kerja yang tumbuh 21,72 persen yoy menjadi Rp63,07 miliar. Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) pun terkerek naik menjadi 99,36 persen dari sebelumnya 96,40 persen pada Maret 2018.
Anjloknya laba BNP ini membuat rasio profitabilitas turun. ROA (return on asset) merosot dari 0,52 persen menjadi 0,07 persen, sedangkan ROE (return on equity) dari 2,83 persen menjadi 0,45 persen.
Adapun bank yang dipimpin oleh Hideki Nakamura selaku presiden direktur ini tengah dalam proses penggabungan usaha dengan PT Bank Danamon Indonesia Tbk. Kedua saham perusahaan dikendalikan oleh grup MUFG.
Pemegang saham pengendali per Maret 2019 adalah ACOM Co.Ltd.67,59 persen dan MUFG Bank Ltd. 7,91 persen. PT Hermawan Sentral Investama menggengam 11,54 persen saham. Sisanya, pemegang saham lain dengan kepemilikan kurang dari 5 persen sebanyak 12,96 persen.
Mengutip keterbukaan informasi, pada 27 Maret 2019, perseroan telah mendapatkan persetujuan untuk melebur dengan Bank Danamon dari para pemegang saham melalui rapat umum pemegang saham tahunan dan luar biasa.
Satu bulan setelahnya, atau 26 April 2019, BNP melaporkan telah mendapatkan persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait merger tersebut.