Bisnis.com, JAKARTA – Peningkatan cukai rokok dianggap sebagai opsi termudah yang dapat dimanfaatkan pemerintah untuk memperbaiki skema pembiayaan program Jaminan Kesehatan Nasional.
Pemerintah Indonesia dinilai perlu belajar dari kesuksesan sejumlah negara, khususnya Filipina dan Thailand.
Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas IndonesiaHasbullah Thabrany mengaku terus mendorong usulan tersebut sebagai sumber dana Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Meski demikian, hingga saat ini opsi itu belum juga dilirik pemerintah.
Padahal, dia menegaskan pemerintah bisa melihat pengalaman negara tetangga, Filipina, yang telah membuktikan skema tersebut.
“Kenaikan cukai rokok adalah jalan termudah dan tercepat bagi pemerintah untuk mendapatkan dana,” ungkapnya sesusai media briefing yang diselenggarakan Center for Health Economics and Policy Studies Universitas Indonesia (CHEPS UI), Jumat (6/17/2017) malam.
Hasbullah mengatakan setiap tahun program JKN memerlukan dana yang lebih besar ketimbang dana yang dianggarkan. Sayangnya, jelas dia, sebagian besar alokasi tersebut justru dimanfaatkan untuk layanan penyakit jantung, stroke, kanker, dan penyakit tidak menular lain.
Rokok, tegasnya, menjadi faktor risiko dari sejumlah jenis penyakit tersebut.
“Jadi kenapa tidak meningkatkan harga rokok melalui instrumen cukainya? Pemerintah memiliki kesempatan mendapatkan revenue sampai Rp200 trilliun per tahun lewat cukai rokok.”
Hasbullah menilai peningkatan harga rokok yang signifikan melalui instrumen cukainya di berbagai negara, dari beragam tingkat pendapatan serta budaya, sangat efektif untuk mencegah munculnya perokok muda.
Di Asia Tenggara, jelasnya, Filipina dan Thailand telah meningkatkan anggaran kesehatannya melalui instrumen cukai. Menurutnya, peningkatan cukai rokok di Thailand hingga 85% pada 2009 dan meningkatkan pemasukan negara hingga sebesar US $1.228 juta yang di antaranya dialokasikan untuk pembiayaan layanan kesehatan bagi masyarakat.
“Jika paradigma kesehatan Indonesia perlu bergerak dari kuratif ke preventif, maka peningkatan harga melalui instrumen cukai rokok adalah langkah paling strategis,” ujarnya.
Jeremias Paul, WHO Coordinator dor Global Tobacco Economics, mengatakan di Filipina peningkatan harga rokok melalui instrumen cukai terbukti untuk meningkatkan penghasilan negara dan peningkatan kesehatan masyarakat.
Dalam empat tahun, jelasnya, pemerintah bahkan mencatatkan tambahan dana hingg US $5,2 miliar.
“Memungkinkan pemerintah Filipina meningkatkan anggaran kesehatan tiga kali lipat dari tahun 2012 dan mensubsidi jaminan kesehatan untuk orang miskin,” jelas Paul, ahli kebijakan fiskal yang juga pernah menjabat Deputi Menteri Keuangan Filipina.