Bisnis.com, JAKARTA – Portofolio kredit perusahaan multifinance didominasi oleh pembiayaan sektor otomotif. Dengan begitu, lesunya pasar otomotif akan berdampak langsung pada kinerja pembiayaan industri. Praktisi dan pengamat industri pembiayaan Jodjana Jody menyoroti bagaimana tren pasar otomotif dalam tiga tahun terakhir.
"Memang situasi ekonomi kita sejak tahun lalu sudah mulai lesu, dan tercermin dari pasar otomotif yang turun terus dalam tiga tahun terakhir ini. Bahkan di kuartal I/2025, retail sales otomotif roda empat turun 22,5% dan wholesales turun 27,4%. Sangat drastis turunnya," kata Jody kepada Bisnis, Rabu (23/4/2025).
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil di pasar domestik dari pabrik ke diler atau wholesales sejak 2022 konsisten turun. Berturut-turut jumlah unit yang terjual dari periode 2022 sampai 2024 adalah 1.048.040, 1.005.802, dan 865.723. Data terbaru, penjualan pada kuartal I/2025 juga turun menjadi 70.892 unit dibandingkan 74.720 unit per Maret 2024.
Penurunan penjualan juga selaras dengan tren produksi mobil yang mengecil. Jumlah produksi mobil di Indonesia berturut-turut dalam periode 2022 sampai 2024 adalah 1.470.101 unit, 1.395.672 unit, dan 1.196.644 unit.
Jody mengatakan, kondisi lesunya pasar otomotif di Indonesia saat ini diperparah dengan ketidakpastian ekonomi global.
"Beberapa asosiasi ritel juga melaporkan lesunya penjualan, dan ini diperparah dengan situasi ketidakpastian global pasca Amerika Serikat memberlakukan tarif impor dan lain-lain," jelasnya.
Baca Juga
Menurutnya, ketidakstabilan perdagangan dunia akan membuat konsumen was-was. Di sisi lain, kondisi pasar keuangan Indonesia masih dibayangi kredit macet yang belum membaik dan faktor ketatnya likuiditas.
Menilik data, non-performing financing (NPF) gross multifinance per Januari 2025 memburuk di level 2,96%, dibandingkan posisinya pada Januari 2024 sebesar 2,50%. Dalam rentang periode ini, NPF net juga membengkak dari posisi 0,69% menjadi 0,93%.
"Jadi untuk multifinance, saatnya untuk lebih fokus ke kualitas aset ketimbang mengejar pertumbuhan kredit," katanya.
Dalam situasi yang menantang ini, pertumbuhan penyaluran pembiayaan industri multifinance ditargetkan bisa berada dalam rentang 8–10%. Jody melihat penyaluran pembiayaan memang masih memiliki ruang untuk tumbuh, di mana per Februari 2025 piutang pembiayaan multifinance tercatat sebesar Rp507,02 triliun atau tumbuh 5,92% secara year-on-year (YoY).
Hanya saja, untuk sampai tumbuh dua digit menurutnya akan sulit, dan bahkan bisa saja realisasinya lebih rendah dari rentang target.
"Harus selektif dan memilih segmen yang masih tumbuh positif. Saya rasa pertumbuhan, kalaupun ada, cuma single digit, bisa tumbuh 5% saja sudah bagus. Masalahnya, sektor yang mayoritas dibiayai multifinance sedang turun pasarnya, jadi secara objektif kita mesti fokus pada kualitas aset," pungkasnya.