Bisnis.com, JAKARTA – Industri multifinance mengawali 2025 dengan tren penyaluran pembiayaan melambat. Per Februari 2025, piutang pembiayaan multifinance tercatat sebesar Rp507,02 triliun, tumbuh 5,92% secara year on year (YoY). Sementara pada periode sepanjang 2024, pembiayaan multifinance tumbuh 6,92% YoY menjadi sebesar Rp503,43 triliun.
Angka pertumbuhan tersebut terkoreksi cukup dalam dibanding periode-periode sebelumnya. Sebagai pembanding, piutang pembiayaan multifinance per Februari 2024 tumbuh 11,73% YoY menjadi Rp478,69 triliun.
Sementara, sepanjang 2023 pembiayaan multifinance tumbuh 13,23% YoY menjadi sebesar Rp470,86 triliun. Mundur lebih jauh, dalam periode 2022 penyaluran pembiayaan industri bahkan tumbuh 14,18% YoY sebesar Rp415,86 triliun.
Suwandi Wiratno, Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), mengatakan kondisi industri multifinance di Indonesia dipengaruhi banyak faktor turunan dari situasi ekonomi saat ini, mulai dari efisiensi belanja pemerintah, daya beli masyarakat melemah sampai maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK).
"Jadi, tergantung kalau pemerintah bisa dengan cepat [memulihkan kondisi ekonomi], misalnya adanya lapangan pekerjaan, banyaknya proyek-proyek [apalagi] anggaran kan sekarang lagi dikurangi juga, anggaran pemerintah untuk proyek-proyek," kata Suwandi kepada Bisnis, Rabu (23/4/2025).
Dengan kondisi ekonomi seperti saat ini, Suwandi mengakui industri multifinance melalui kuartal I/2025 dengan sangat berat. Dia merunut, dalam rentang Januari sampai Maret banyak momentum liburan yang digadang-gadang jadi katalis positif konsumsi masyarakat, tetapi hasilnya di luar ekspektasi.
Baca Juga
Suwandi mencontohkan pada momentum libur Lebaran 2025 di mana ketika pemerintah menambah hari libur dengan harapan pengeluaran konsumsi lebih besar, nyatanya tidak sesuai perhitungan.
Apabila mengacu data Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, asumsi perputaran uang selama Lebaran 2025 memang terkoreksi 12,3% YoY menjadi sebesar Rp137,9 triliun. Angkanya mengecil dibanding asumsi pada Lebaran 2024 sebesar Rp157,3 triliun.
"Liburnya boleh panjang, tetapi tidak menginap di hotel misalnya, atau tidak juga orang mengeluarkan pengeluaran besar dan segalanya. Karena kenapa, ya memang tidak ada duit," ujarnya.
Adapun tahun ini penyaluran pembiayaan multifinance diproyeksi tumbuh dalam rentang 8%-10% YoY. Untuk bisa mencapai target tersebut, Suwandi berharap dalam kuartal II/2025 ini sudah mulai menunjukkan arah perbaikan. Sekali lagi, menurutnya hal ini perlu dukungan pemerintah.
"Mudah-mudahan pada kuartal kedua dengan melihat ini, kita sedang menunggu [langkah] pemerintah juga, kalau terjadi misalnya mulai dilonggarkan anggaran, mulai adanya proyek, mungkin bisa ada pergerakan pertumbuhan juga. Nah, ini kita lihat, kita pantau di kuartal kedua ini seperti apa," pungkasnya.
Sebelumnya. Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK Agusman mengatakan perlambatan pertumbuhan industri pembiayaan saat ini antara lain dikarenakan adanya penurunan penjualan kendaraan di industri otomotif yang merupakan salah satu objek pembiayaan terbesar di industri pembiayaan.
OJK mencayat penyaluran pembiayaan pada kendaraan bermotor per Februari 2025 masih tumbuh 7,34% YoY menjadi sebesar Rp355,31 triliun. Meski penjualan kendaraan turun, Agusman melihat sektor pembiayaan otomotif akan tetap menjadi tulang punggung kinerja industri multifinance pada tahun ini.
"Pembiayaan kendaraan diperkirakan masih dapat bertumbuh positif pada tahun 2025 di tengah meningkatnya dinamika perekonomian, baik global maupun domestik," kata Agusman.
Adapun ihwal target pertumbuhan pembiayaan multifiance sebesar 8%-10% tahun ini, Agusman mengatakan proyeksi tersebut akan di-review secara berkala dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian global dan domestik.