Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tren Terus Turun, Bunga Kredit Satu Digit Diprediksi Masih Sulit Terwujud

Tren penurunan suku bunga kredit perbankan diprediksi masih berlanjut meski diperkirakan belum mencapai level satu digit.
Ilustrasi logo Bank Indonesia/Reuters-Iqro Rinaldi
Ilustrasi logo Bank Indonesia/Reuters-Iqro Rinaldi

Bisnis.com, JAKARTA - Tren penurunan suku bunga kredit perbankan diprediksi masih berlanjut meski diperkirakan belum mencapai level satu digit. Suku bunga kredit bank sepanjang Januari-Mei 2017 terpangkas sebanyak 100 bps dari 12,03% menjadi 11,83%.

Kepala Ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness (SIGC) Eric Sugandi menyebutkan suku bunga kredit masih memiliki ruang penurunan.

Faktor utamanya yakni pelonggaran kebijakan moneter Bank Indonesia sejak tahun lalu yang membuat likuiditas lebih longgar, meskipun distribusinya masih terpusat di bank BUKU III dan BUKU IV.

Selain pelonggaran likuiditas yang menurunkan cost of fund secara industri, faktor inflasi yang terkendali serta optimisme perbankan terhadap ekonomi Indonesia pun mendorong penurunan suku bunga kredit.

Meski begitu, tingkat bunga diprediksi masih tertahan di dua digit sampai akhir 2017. "Masih berat untuk (mewujudkan bunga satu digit) tahun ini, walau saya tidak bilang mustahil. Saya expect suku bunga kredit bisa mendekati 10%-11% per akhir tahun ini," ujarnya.

Setali tiga uang, Ekonom PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede mengatakan suku bunga kredit masih berpotensi turun tetapi dengan besaran yang cukup kecil. "Sampai akhir tahun, dapat berpotensi turun hingga 5-10 bps.”

Hal ini mengingat tren peningkatan NPL mulai tertahan pada Mei 2017 di level 3,07% seiring dengan perlambatan pertumbuhan nominal NPL dan peningkatan ekspansi kredit.

Kondisi BOPO perbankan pun masih cenderung tinggi yakni sekitar 80,37% per April 2017 kendati penurunan risiko kredit dan cost of fund mulai terlihat.

Ke depan, penurunan suku bunga kredit masih akan dipengaruhi oleh seberapa cepat konsolidasi dari ekonomi domestik, secara khusus perbaikan konsumsi yang mempengaruhi kinerja supply side, yang berkaitan langsung dengan permintaan kredit perbankan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper