Bisnis.com, JAKARTA - Salah satu cara meningkatkan pertumbuhan kredit adalah dengan menyalurkan pembiayaan melalui skema rantai pasok atau supply chain financing.
Cara ini selain dapat meningkatkan aset perusahaan, pembiayaan rantai pasok juga dinilai memiliki resiko yang rendah sehingga dapat menjaga kualitas kredit tetap baik.
Direktur Utama PT Bank Mayora, Irfanto Oeij mengatakan, skema bisnis rantai pasok sebenarnya telah lama dijalankan oleh perseroan.
"Namun belum fokus," ujarnya ketika dihubungi oleh Bisnis.com
Irfanto mengungkapkan, kebanyakan debitur bank BUKU II ini adalah kalangan pengusahaan perorangan yang mayoritas berbisnis pada sektor industri costumer goods.
Sebagai informasi, pada Maret 2015 lalu Bank Mayora mendapatkan suntikan dana dari International Finance Corporation (IFC) sebesar Rp220 miliar. Dana ini digunakan untuk memperluas jangkauan pembiayaan, khususnya pada segmen mikro dan menengah, termasuk didalamnya adalah skema rantai pasok.
Selaras dengan Mayora, Standard Chartered Bank juga memperlebar bisnis perusahaan dengan turut serta dalam melakukan pembiayaan terhadap pemasok PT Lotte Shopping Indonesia. Kerjasama ini diluncurkan pada pertengahan Juli 2017 lalu dengan potensi dana yang dapat dikelola mencapai Rp1 triliun. Manajemen pun tengah memproyeksi untuk bekerjasama dengan total 3.000 pemasok Lotte guna merealisasikan target tersebut.
Disisi lain, Direktur Utama PT Bank Mayapada Hariyono Tjahjarijadi mengatakan pihaknya belum berencana untuk terjun dalam bisnis ini.
"Masih fokus menggarap sektor yang saat ini sedang kami tangani," tuturnya.
Adapun, pembiayan kredit yang dimaksud oleh Hariyono adalah sektor UKM. Sementara itu, kinerja bank dengan ticker MAYA ini hingga tengah 2017 telah berhasil menyalurkan kredit Rp51,55 triliun. Angka tersebut tumbuh 26,82% dibandingkan dengan realisasi kredit tahun lalu sebesar Rp40,65 triliun.