Inilah Dosa-Dosa Perempuan terkait Uang
Abraham Runga Mali
Uang tidak memiliki jenis kelamin sebagaimana dia juga tidak mengenal bendera nasional. Mestinya, dalam soal pengelolaan uang prinsip-prinsip yang dianut juga sama, tak peduli perempuan atau laki-laki. Tapi, ada beberapa catatan kecil yang mesti dicamkan para perempuan.
Mungkin Anda pernah mendengar pesan yang sering diberikan orang tua kepada anak gadis mereka. Misalnya, para gadis itu disuruh untuk menikahi laki-laki kaya karena akan lebih meringankan hidup daripada menikahi laki-laki miskin.
Menurut penulis Nice Girls Don' Get Rich: 75 Kesalahan Perempuan dalam Mengelola Uang, Louis P. Frankel, nasihat seperti itu sebenarnya adalah salah satu mitos tentang perempuan dalam hubungan mereka dengan uang dan cara pengelolaannya.
Menurut catatan Frankel, kurang lebih separuh pernikahan yang didasarkan pada perhitungan seperti itu berakhir dengan perceraian. Jadi, jelas-jelas, pernikahan dengan kalkulasi demikian tidak pernah menolong perempuan.
Frankel malah mencatat masih ada sejumlah mitos dan pesan lain yang tidak boleh didengarkan kaum perempuan. Termasuk mitos menyesatkan yang mengatakan bahwa perempuan itu tidak pandai dalam hal angka dan uang.
Begitu juga dengan pernyataan bahwa uang itu tidak dapat membeli kebahagiaan. Pernyataan itu biasanya berlanjut dengan pesan supaya Anda sebagai perempuan jangan menjadi seorang yang mata duitan, atau jangan jadi 'cewek matre' (baca" materialis). Untuk kebohongan yang satu ini mari kita dengar nasihat Sophie Tucker: "Saya pernah kaya pernah miskin; percayalah, sayangku, kaya itu lebih baik."
Bertahan hidup
Mungkin tanpa harus berpikir panjang kita bisa menderetkan berbagai pesan yang keliru terhadap kaum perempuan. Tapi, setelah mitos-mitos itu dibersihkan, sebagai perempuan, Anda harus berhadapan dengan pekerjaan yang nyata soal pengelolaan uang. Apalagi, dalam kehidupan rumah tangga perempuan lebih banyak diserahkan tugas untuk mengelola keuangan rumah tangga.
Dalam bukunya, Frankel mecatat 75 kesalahan perempuan dalam mengelola uang. Tapi, sebenarnya dari sebagian besar kesalahan itu adalah kesalahan-kesalahan umum yang juga terjadi pada pria. Misalnya pada kesalahan kedua, Frankel mencatat bahwa perempuan tidak menetapkan target finansial. Atau pada kesalahan ketiga, bahwa banyak perempuan tidak mengetahui kekayaan bersihnya. Kesalahan-kesalahan seperti ini juga sering dilakukan oleh pria.
Tapi menurut catatan Frankel kebanyakan perempuan yang sudah mulai bertahan hidup dengan penghasilan mereka sendiri, tetapi tidak benar-benar memberi perhatian pada- cara-cara praktis untuk menjadi sukses. Memang perempuan karena 'perhatian yang besar kepada orang lain' tidak memprioritaskan kemakmuran finansialnya sendiri.
Konon perlakuan perempuan terhadap kehidupan finansial mirip dengan perlakuan mereka terhadap mobil pribadi. Mereka sering menggunakan mobil, tetapi terkadang mereka kurang perhatikan keadaan oli mobilnya. Perhatian dan konsentrasi mereka sudah tersita untuk urusan yang lain seperti mengambil cucian di laundri, pergi berbelanja, membeli kado ulang tahun atau hadiah bagi keluarga dan teman-teman mereka. Begitulah kelakuan para 'gadis manis' yang lebih sibuk memperhatikan orang lain daripada mengurusi kekayaannya sendiri.
Demikian juga yang sering terjadi dalam keluarga. Para istri sering terlalu 'repot' dengan urusan suami mereka dengan segala macam 'ego para lelaki', tetapi mereka lupa pada apa yang menjadi urusannya. Para gadis manis sering mengalah dan mengabaikan kehidupan finansialnya.
Tak tahan rayuan
Dari sejumlah survei yang dilakukan Frankel terhadap perempuan tercatat bahwa mereka sering terlalu mudah mempercayai orang lain termasuk untuk urusan uang. Sering kali mereka dirugikan karena hubungan itu. Bahkan, kaum perempuan adalah sekelompok orang yang terlalu gampang memberi uang kepada orang lain dan meminjamkan uang kepada sahabat dan keluarganya.
Selain bermurah hati, kaum perempuan termasuk orang-orang yang tidak tahan terhadap rayuan penjual. Mungkin ini yang membuat para perempuan adalah korban terbesar dari rayuan iklan. Perhatikan apa yang terjadi di mal-mal dan pusat perbelanjaan. Sebagian besar penghuninya adalah memang perempuan.
Yang pasti hanya sedikit dari para gadis dan ibu-ibu itu yang berbelanja karena kebutuhan. Sebagian besar dari mereka menuruti keinginannya.
Yang tidak kalah pentingnya adalah memperhatikan perempuan dalam urusan pekerjaan. Salah satu kesalahan mereka adalah mencari pekerjaan pada 'bidang perempuan' seperti urusan administrasi, sekretaris dan dinas-dinas sosial. Padahal di lapangan kerja seperti itu, orang tidak mendapat imbalan gaji yang memadai. Tak ada cara lain kecuali mereka harus menghindarinya.
Belum lagi soal sikap perempuan saat mereka bekerja di kantor atau perusahaan. Banyak kekeliruan sehingga Frankel harus secara khusus menulis buku tentang itu dengan judul Nice Girls Don't Get the Corner Office: 101 Kesalahan Perempuan yang Menghambat Karier Mereka.
Beberapa catatan yang layak disimak bahwa kebanyakan perempuan bekerja dengan gaji yang lebih kecil daripada jumlah yang patut diterima. Selain itu, mereka mengabaikan fasilitas perusahaan, kurang maksimal memanfaatkan fasilitas pembiayaan pendidikan dan pelatihan, perjalanan bisnis, fasilitas cuti. Ringkasnya, mereka sering membawa diri diri sebagai 'gadis-gadis manis' di perusahaan.
Tentu saja masih banyak catatan buruk yang bisa diberikan kepada para perempuan. Tapi, cukup sampai di sini. Yang terpenting, dosa dan kekurangan di atas sudah terlalu cukup untuk direnungi dan disesali. Yang penting, bertobatlah!