Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian BUMN menyatakan, investasi yang digulirkan empat bank pelat merah dalam proses integrasi anjungan tunai mandiri atau ATM ditanggung secara merata masing-masing sekitar seperempat dari kebutuhan.
Lebih detil total kebutuhan investasinya tidak disebutkan oleh Deputi Jasa Survei, Keuangan, dan Konsultasi Kementrian Badan Usaha Milik Negara Gatot Trihargo. Dia hanya mengutarakan bahwa besaran nilai investasi ke depan ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama.
“Jadi, ke depan gotong royong saja supaya lebih murah. Karena, ke depan, misalnya sepuluh tahun lagi belum tentu masyarakat masih pakai ATM, teknologi kan berkembang,” ucapnya menjawab Bisnis, di Jakarta, pekan lalu.
Bank yang terlibat ialah empat bank pelat merah a.l. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
Himpunan Bank Negara (Himbara) diproyeksikan dapat melakukan efisiensi sekitar Rp6 triliun sampai Rp7 triliun seiring dengan integrasi ATM melalui PT Jalin Pembayaran Nusantara (JPN). Adapun, tingkat efisiensi masing-masing bank yang didapatkan melalui integrasi ini beragam.
Sampai saat ini, terdapat 15.000 ATM Himbara yang sudah diintegrasikan. Sampai akhir tahun ini integrasi ATM Himbara ditargetkan secara total mencapai 30.000.
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo sempat menuturkan, efisiensi secara detail masih dalam proses penghitungan. Bila dilihat secara tahunan, rerata ada pembelian baru ATM sekitar 2.000 sampai 3.000 per tahun dengan harga per ATM sekitar US$7.000.
“Dengan begitu, integrasi ATM Himbara, belanja modal ATM bisa dikurangi. Untuk belanja operasional masih dalam tahap penghitungan, kan ada biaya seperti, maintenance dan pengelolaan kas,” ujarnya.