Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom melihat Bank Indonesia masih akan mempertahankan suku bunga acuan di level 5,5% pada Rapat Dewan Gubernur 17—18 Juni 2025, meskipun ruang pelonggaran terbuka.
Direktur Riset Center of Research on Economics (Core) Indonesia Etika Karyani Suwondo menilai di tengah pelemahan rupiah akibat konflik Israel-Iran yang memanas pekan lalu, Bank Indonesia (BI) kemungkinan akan menahan BI Rate dalam waktu dekat untuk menjaga stabilitas nilai tukar.
“Meskipun inflasi domestik rendah dan ruang pelonggaran terbuka, gejolak eksternal menuntut kehati-hatian,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (16/6/2025).
Di samping itu, meski dampak dari pemangkasan BI Rate sebelumnya memang belum sepenuhnya terasa karena transmisi ke kredit dan konsumsi butuh waktu, tetapi langkah tersebut mulai meletakkan fondasi pemulihan ekonomi yang lebih kuat di paruh kedua 2025.
Pada dasarnya, kondisi global memang menjadi salah satu pertimbangan bank sentral dalam memutuskan penurunan suku bunga acuan.
Selayaknya pada awal tahun ini, meski inflasi rendah dan perlu adanya dorongan untuk pertumbuhan ekonomi, namun pemangkasan terganjal dinamika global yang kala itu lebih disebabkan kebijakan tarif impor Trump.
Baca Juga
Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede turut memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga acuan sebesar 5,50% dalam RDG pada bulan Juni 2025.
Josua melilhat BI akan fokus pada transmisi suku bunga kebijakan ke suku bunga pinjaman bank guna mendukung pertumbuhan ekonomi domestik. Di sisi lain, konflik di Timur Tengah meningkat dan berpotensi menekan nilai tukar.
“Meskipun ketidakpastian terkait perang dagang mulai mereda, ketegangan geopolitik di Timur Tengah meningkat, yang berpotensi memicu kembali sentimen risk-off global dan memberikan tekanan baru pada rupiah,” tuturnya.
Meski demikian, Josua masih melihat ruang bagi BI untuk memangkas suku bunga kebijakan lebih lanjut, didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang melemah dan inflasi yang terkendali.
Selain itu, terdapat potensi pemangkasan suku bunga oleh The Fed ditambah dengan sektor eksternal Indonesia yang relatif kuat, sebagaimana tercermin dalam defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD) yang terkendali.
“Kami memperkirakan BI akan melakukan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada kuartal ketiga 2025 dan mempertahankannya pada level tersebut hingga akhir tahun,” lanjut Josua.
Proyeksi tersebut sejalan dengan konsensus ekonom yang Bloomberg himpun, Senin (16/6/2025), sebayak 20 dari 28 ekonom meyakini BI akan mempertahankan suku bunga acuan di angka 5,50%. Sementara sisanya melihat potensi pemangkasan 25 bps menjadi 5,25%.
Untuk diketahui, BI dan The Fed akan menggelar pertemuan pada waktu yang sama. Melansir Reuters, Senin (16/6/2025), rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada 17–18 Juni mendatang diperkirakan menjadi pertemuan keempat secara beruntun tanpa perubahan suku bunga.
Namun, para pembuat kebijakan menegaskan bahwa keputusan berikutnya hanya akan diambil setelah ada kejelasan dari pemerintah soal arah kebijakan tarif, imigrasi, dan pajak. Ketegangan geopolitik, seperti serangan militer Israel terhadap fasilitas nuklir Iran, turut menambah lapisan ketidakpastian yang memengaruhi kalkulasi The Fed.
Pada bulan lalu, Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan alias BI Rate ke level 5,50% berdasarkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 20—21 Mei 2025.
"[Keputusan itu merupakan] upaya mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya, serta untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo.
Perry juga menjelaskan bahwa ke depannya, BI akan terus mengarahkan kebijakan moneter untuk menjaga inflasi dalam sasarannya dan stabilitas nilai tukar rupiah yang sesuai fundamental.
Sementara itu, BI tetap mencermati ruang untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai dinamika yang terjadi pada perekonomian global dan domestik.