Bisnis.com, JAKARTA – Bank-bank besar yang memiliki anak usaha di bidang ventura kian giat mengembangkan anak usaha guna memaksimalkan peluang dari pesatnya bisnis teknologi finansial.
Salah satu yang dilakukan yakni dengan terus memperkuat modal anak usaha lewat penambahan dana, seperti yang dilakukan PT Bank Central Asia Tbk.
Awal tahun lalu, BCA langsung tancap gas memperkuat struktur anak usaha di bidang modal ventura, PT Central Capital Ventura (CCV), lewat penyertaan modal senilai Rp200 miliar. Tahun ini, bank di bawah Grup Djarum itu menyatakan siap mendukung terus kebutuhan ekspansi anak usahanya tersebut.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menuturkan pihaknya menyiapkan alokasi dana hingga Rp2 triliun untuk pengembangan anak usaha. Kendati tidak memerinci, dana tersebut salah satunya untuk keperluan CCV.
“Kami tidak memerinci karena sulit menebak kebutuhan anak perusahaan, yang penting kalau ada kebutuhan (tambahan dana), sudah ada dalam RBB [rencana bisnis bank],” tuturnya kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Sebagai informasi, saat ini BCA memiliki tujuh entitas anak usaha yang mendukung layanan bisnis perseroan, yakni PT BCA Finance, BCA Finance Ltd, PT BCA Syariah, PT BCA Sekuritas, PT Asuransi Umum BCA, PT Central Sentosa Finance dan PT CCV.
“Belum ada (pengajuan dana dari anak usaha) Ini buat cadangan saja, kalau mereka mendadak ada kesempatan growth besar, atau kalau ada peraturan mendadak untuk menambah ekuitas,” kata Jahja kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Bank besar lainnya, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. juga kian memperkuat kiprahnya dalam bisnis teknologi finansial (tekfin) lewat anak usahanya di bidang ventura, PT Mandiri Capital Indonesia.
Bank pelat merah itu memang tak secara lugas menyebutkan alokasi dana yang disiapkan untuk dukungan ke anak usaha. Namun, Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas menyampaikan pihaknya akan menambah investasi ke anak usaha pada tahun ini.
“Bank Mandiri berencana melakukan investasi ke perusahaan anak sepanjang BMPK [batas maksimum pemberian kredit] mencukupi,” katanya dalam pemberitaan Bisnis, pekan lalu.
Secara terpisah, Direktur Utama PT Mandiri Capital Indonesia, Eddi Danusaputro, menyatakan pihaknya akan meningkatkan ekspansi dengan menambah investasi baru.
“Tidak ada target khusus harus investasi berapa baik jumlah perusahaan maupun uangnya, namun perkiraan kami mungkin investasi di 3-4 perusahaan tambahan pada 2018. Nilai investasinya tergantung valuation tiap startup yang pasti akan berbeda-beda,” katanya.
Eddi menuturkan, hingga akhir 2017, pihaknya telah berinvestasi di 8 perusahaan dengan nilai investasi total sekitar Rp350 miliar. Perusahaan tekfin rintisan tersebut bergerak dalam bidang pembayaran, peer to peer lending, serta SME solutions. Keberadaannya diharapkan akan memperkuat sinergi dengan Mandiri Group.
Sejauh ini, Bank Mandiri telah menyuntikkan pendanaan Rp550 miliar ke perusahaan modal ventura itu dan yang terpakai Rp350 miliar.
“Kami belum rencanakan minta suntikan untuk tahun ini, karena dana yang ada di MCI cukup untuk melakukan beberapa investasi plus penambahan (following funding) ke existing investees,” tuturnya.
Menariknya bisnis ventura membuat PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. juga tak mau ketinggalan. Akhir tahun lalu, BRI merealisasikan proses akuisisi anak usaha PT Pembangunan Usaha Indonesia Persero yakni PT Bahana Artha Ventura (BAV).
Dengan merogoh dana Rp71,21 miliar, BRI kini memiliki 35% saham di perusahaan modal ventura tersebut dan direncanakan untuk terus ditambah pada kuartal I/2018 ini.
Kelak, setelah menguasai saham mayoritas, emiten bersandi BBRI itu ingin langsung masuk dalam penyaluran pembiayaan tekfin melalui Bahana Artha Ventura.
Dalam pemberitaan sebelumnya, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. juga dikabarkan ingin ikut memiliki anak usaha modal ventura. Namun perseroan tidak mau latah dalam tren perbankan yang sedang gencar mendirikan anak usaha modal ventura.
Manajemen BNI masih mengkaji rencana tersebut dengan matang, menimbang prospek dan realita bisnis bidang pembiayaan perusahaan rintisan. Apalagi, saat ini pemerintah mendorong bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk bersinergi.
“Saya tidak mau memaksakan untuk latah juga. Kami bisa biayai perusahaan rintisan yang sudah jadi juga, intinya kan manfaatnya tetap ada,” kata Direktur Utama Bank Negara Indonesia Achmad Baiquni.
BNI saat ini memiliki lima anak usaha, yakni PT BNI Life Indonesia di bidang asuransi jiwa, PT BNI Multifinance di bidang perusahaan pembiayaan, PT BNI Sekuritas di bidang sekuritas, PT Bank BNI syariah di bidang perbankan syariah dan BNI Remittance Ltd di bidang remitansi.