Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. memproyeksi permintaan kredit ruko dan rukan bakal terus menurun terpengaruh semakin maraknya penjualan online.
Alhasil, kebutuhan bangunan offline rumah toko maupun rumah kantor semakin terkikis.
Direktur Konsumer BRI Handayani berpendapat permintaan kredit ruko dan rukan sebetulnya masih prospektif untuk bangunan-bangunan yang berada di pusat bisnis. Tetapi, secara umum memang mengalami pelemahan terutama jika dibandingkan dengan permintaan untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
“Kami lihat datanya begitu [kredit ruko dan rukan cenderung turun], tapi tergantung lokasi juga. Kalau di lokasi pusat bisnis yang bagus mungkin penjualannya masih bagus,” ucapnya kepada Bisnis, Kamis (1/2/2018).
Untuk kredit properti, BRI tetap mengandalkan pendanaan untuk pemilikan rumah pertama nonsubsidi. Tahun ini, perseroan menargetkan pertumbuhan KPR antara 23%-25% secara year-on-year (yoy) dengan segmen utama rumah seharga Rp350 juta-Rp500 juta.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), suku bunga konsumsi perbankan mengalami penurunan sebesar 12,78% hingga November 2017. Handayani menilai kondisi ini menjadi momentum yang baik guna mendongkrak permintaan kredit properti.
Pasalnya, imbuhnya, penurunan suku bunga pasar diharapkan bisa menjadi pemacu penjualan properti sehingga permintaan KPR juga ikut terkerek. Per Desember 2017, suku bunga dasar kredit KPR BRI berada di kisaran 9,98%.