Bisnis.com, SINGAPURA– Di tengah pesatnya perkembangan teknologi keuangan di Asia Pasifik, Visa memperkenalkan serangkaian layanan dan kemitraan strategis terbaru untuk mempermudah konsumen, merchant, dan pelaku usaha dalam melakukan dan menerima pembayaran.
Salah satu layanan yang diluncurkan adalah Visa Pay, sebuah platform yang memungkinkan konsumen untuk menggunakan dompet digital apa pun yang telah bekerja sama, dan melakukan pembayaran di merchant mana pun yang menerima Visa, baik secara langsung maupun daring, baik di dalam negeri maupun lintas negara.
T.R. Ramachandran, Head of Products and Solutions, Asia Pasifik, Visa menjelaskan Asia Pasifik merupakan pasar dompet digital terbesar di dunia, dan Visa memanfaatkan hal ini dengan menjalin kemitraan bersama pemain utama seperti LINE Pay di Taiwan, Maya di Filipina, OpenRice di Hong Kong, hingga Woori Card di Korea Selatan.
Melalui kerja sama ini, Visa memperluas jaringannya dan memberikan fleksibilitas kepada konsumen untuk melakukan pembayaran dengan cara yang mereka pilih—entah melalui tap, scan, atau pembayaran online lintas negara.
Tak hanya mempermudah pembayaran, Visa juga menghadirkan inovasi Digital Identity sebagai solusi keamanan baru di era transaksi daring. Fitur-fitur seperti passkeys, tap to confirm, dan penguatan data autentikasi dirancang untuk menyederhanakan proses verifikasi tanpa mengorbankan keamanan.
“Solusi ini akan membantu mengurangi hambatan transaksi digital sekaligus meningkatkan tingkat keberhasilan otorisasi,” jelasnya dalam acara Visa Asia Pacific Media Showcase di Singapura, Kamis (29/5/2025).
Baca Juga
Dia menjabarkan beberapa mitra yang telah menerapkan solusi ini antara lain Coles, jaringan supermarket ternama di Australia, dan Maybank, institusi keuangan besar di Malaysia dan Asia Tenggara.
Tak kalah menarik adalah peluncuran Visa Accept, sebuah terobosan yang memungkinkan para pelaku usaha mikro menerima pembayaran langsung ke kartu debit Visa mereka menggunakan ponsel pintar berteknologi NFC.
Layanan ini akan pertama kali diluncurkan di Vietnam, menyasar pedagang kaki lima, pekerja lepas, dan penyedia jasa di wilayah pedesaan.
Melalui aplikasi perbankan digital, para pelaku usaha ini dapat menerima pembayaran tanpa kontak, membuka peluang baru bagi wirausahawan mikro untuk masuk ke dalam ekosistem pembayaran digital.Dengan inovasi ini, Visa mempertegas komitmennya untuk mendukung ekonomi digital yang lebih inklusif dan aman di Asia Pasifik.
“Lewat perluasan kemitraan dan peluncuran layanan baru, Visa tidak hanya menghadirkan solusi pembayaran, tetapi juga mendorong pertumbuhan usaha, meningkatkan efisiensi, serta memperkuat ekosistem keuangan digital di kawasan yang dinamis,” jelasnya.
Dengan potensi model tersebut, Visa memiliki peluang besar untuk menggandeng pemain lokal di Indonesia seperti GoPay, OVO, Dana, dan ShopeePay ataupun produk pembayaran digital lainnya.
Visa sebelumnya sudah bekerja sama dengan beberapa bank dan fintech Indonesia dalam menyediakan kartu debit/kredit virtual yang terhubung ke dompet digital atau bank digital seperti Jenius milik PT Bank BTPN Tbk. yang kemudian saat ini berubah nama menjadi PT Bank SMBC Indonesia Tbk setelah merger dengan Sumitomo Mitsui Indonesia.
Apalagi integrasi Visa Pay dengan dompet digital lokal terjadi dapat membuka akses pembayaran lintas negara (cross-border payments), terutama untuk e-commerce dan pariwisata, dengan kemudahan metode tap, QR scan, hingga checkout online.
Untuk menerapkan penerapan berbagai model pembayaran, tentunya membutuhkan kesesuaian dengan regulasi yang ditetapkan pemerintah di setiap negara. Bank Indonesia (BI) sejauh ini mendorong inovasi mellaui kerangka Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025, yang mencakup:Interoperabilitas antar penyedia jasa pembayaran, Penguatan sistem QRIS, open API, dan infrastruktur RTGS (BI-FAST), hingga kolaborasi fintech, perbankan, dan big tech.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga membuka ruang bagi fintech (lending, insurance, wealthtech) untuk berkembang dengan sandbox dan izin tetap, namun tetap ketat dalam perlindungan konsumen, mitigasi risiko, dan governance. Dengan begitu, bisa dikatakan pemerintah cenderung mendukung inovasi pembayaran dan model bisnis baru asalkan transparan, aman, dan terintegrasi resmi.
"Secara umum, kami tidak terlalu memperkirakan akan ada banyak penolakan dari regulator terhadap konsep pengorganisasian untuk tujuan membuat transaksi lebih efisien, lebih aman, dan lebih transparan. Sebaliknya, kami berharap dan memperkirakan akan ada dukungan dari regulator karena hal ini baik untuk ekosistem dan mendorong pertumbuhan komersial tambahan,” paparnya.