Bisnis.com, JAKARTA — Bank milik negara dalam kasta tertinggi alias KBMI IV terdapat tiga perusahaan yakni PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBRI). Dari bank jumbo ini, hingga April 2025, tercatat Bank Mandiri membukukan laba paling tinggi.
Tercatat, Bank Mandiri dalam laporan keuangan bulanan yang dikutip Minggu (1/6/2025) melaporkan laba bersih laba tahun berjalan sebesar Rp15,18 triliun, tumbuh tipis 0,77% dibandingkan April 2024 yang sebesar Rp15,07 triliun. Pertumbuhan laba ini didukung oleh lonjakan pendapatan bunga yang mencapai Rp39,58 triliun atau meningkat sebesar 12,68% dibandingkan April 2024 yang sebesar Rp35,13 triliun.
Saat yang sama, beban bunga mengalami kenaikan signifikan sebesar 28,14% YoY menjadi Rp14,17 triliun dari Rp11,05 triliun.
Kendati beban bunga meningkat lebih tinggi dibanding pendapatan bunga, Bank Mandiri mencatatkan pertumbuhan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) sebesar 5,58% YoY. Pendapatan bunga bersih per April 2025 tercatat sebesar Rp25,41 triliun, naik dari Rp24,07 triliun pada April tahun sebelumnya.
Faktor lain yang turut menopang kinerja laba adalah menurunnya beban kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) sebesar 8,84%, dari Rp3,30 triliun pada April 2024 menjadi Rp3,01 triliun per April 2025.
Dari sisi intermediasi, Bank Mandiri mencatatkan pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 15,34% YoY. tercatat kredit naik dari Rp1.134,43 triliun menjadi Rp1.308,43 triliun. Saat yang sama, dana pihak ketiga (DPK) Bank Mandiri tumbuh 14,60% menjadi Rp1.414,96 triliun dari Rp1.234,74 triliun.
Baca Juga
Sejalan dengan ekspansi kredit dan pertumbuhan dana pihak ketiga, total aset Bank Mandiri per April 2025 tercatat sebesar Rp1.932,7 triliun, tumbuh sebesar 15,44% dibandingkan April 2024 yang mencapai Rp1.674,1 triliun.
Kinerja BRI
Sementara itu, BRI sebagai bank pelat merah yang fokus kepada pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) mencatatkan laba tahun berjalan sebesar Rp15 triliun, atau turun 15,78% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp17,81 triliun.
Mengacu laporan keuangan bulanan perseroan, pendapatan bunga BRI pada April 2025 tercatat sebesar Rp53,45 triliun, atau mengalami kontraksi sebesar 1,21% dari April 2024 yang mencapai Rp54,11 triliun. Di sisi lain, beban bunga juga menurun sebesar 1,7% menjadi Rp16,81 triliun dari sebelumnya Rp17,11 triliun.
Saat beban bunga mengalami penurunan, pendapatan bunga bersih ikut melemah. NII BRI per April 2025 tercatat sebesar Rp36,63 triliun, atau turun sebesar 1% dibandingkan April 2024 yang sebesar Rp37 triliun.
Tekanan terhadap laba juga disebabkan peningkatan beban kerugian penurunan nilai aset keuangan yang naik sebesar 2,28% YoY, dari Rp14,03 triliun menjadi Rp14,35 triliun.
Di sisi intermediasi, BRI masih mencatatkan pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 4,19% YoY, dari Rp1.190,47 triliun menjadi Rp1.240,32 triliun. Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) hanya tumbuh marginal sebesar 0,50%, dari Rp1.393,49 triliun menjadi Rp1.400,49 triliun.
Dari sisi aset, BRI mencatatkan pertumbuhan yang sangat tipis sebesar 0,58% YoY. Total aset per April 2025 mencapai Rp1.861,2 triliun, naik dari Rp1.850,41 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
BNI
Bank berkode saham BBNI ini mencatatkan pertumbuhan laba tahun berjalan sebesar 0,11% secara tahunan. Berdasarkan laporan keuangan bulanan yang dipublikasikan, BNI membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp6,87 triliun per April 2025, naik tipis dari Rp6,86 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.