Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. akan terus memantau kondisi likuiditas setidaknya hingga kuartal I/2018 sebelum menentukan strategi realokasi penempatan dana pada surat berharga.
Sepanjang 2017, BNI berhasil melampaui pertumbuhan kredit industri perbankan dengan realisasi penyaluran kredit Rp441,31 triliun atau tumbuh 12,2% secara tahunan. Pada periode yang sama, penghimpunan dana pihak ketiga tercatat senilai Rp516,1 triliun, tumbuh 18,5% secara tahunan.
Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta mengatakan, pertumbuhan dana yang lebih tinggi dibandingkan kredit membuat likuiditas emiten perbankan berkode saham BBNI tersebut cukup terjaga. Namun, menurut Herry, tidak menutup kemungkinan pihaknya akan mengurangi porsi penempatan dana pada instrumen surat berharga apabila kebutuhan terhadap kredit meningkat pesat.
“Kebutuhan kredit semakin besar selaras dengan perbaikan pertumbuhan ekonomi,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (11/2/2018).
Secara umum, peretumbuhan penempatan dana bank pada instrumen surat berharga mulai menyusut pada tahun lalu, setelah mengalami lonjakan pesat pada 2016, dengan total pertumbuhan mencapai 30% secara tahunan.
Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per November 2017, total penempatan bank pada surat berharga mencapai Rp1.409 triliun, tumbuh 21,97% secara tahunan. Padahal, pada tahun sebelumnya, pertumbuhan dana bank pada instrumen ini melonjak cukup signifikan mencapai 30,30% secara tahunan.
Komponen surat berharga yang menurun cukup signifikan dalah Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Per November 2016, penempatan dana bank pada instrumen SBI mencapai Rp110,60 triliun, namun setahun kemudian dana yang ditempatkan pada instrumen tersebut menyusut drastis menjadi Rp23,15 triliun.