Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom memprediksikan pembelian SBN oleh Bank Indonesia akan lebih terbatas pada semester II/2025, tak akan lebih dari Rp100 triliun, seiring dengan rupiah yang mulai stabil.
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David Sumual menilai BI memang masih akan terus membeli Surat Berharga Negara (SBN) untuk menstabilkan rupiah, sekaligus membantu pembiayaan APBN.
David memandang dalam strategi BI membeli SBN, nominalnya tidak akan sebesar seperti semester I/2025, di mana tekanan terhadap rupiah cukup dalam. “Kemungkinan bisa di bawah Rp100 triliun [pembelian SBN], karena kan tekanannya jauh lebih reda pada semester II/2025,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (17/7/2025).
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI Erwin Gunawan Hutapea menjelaskan pada dasarnya pembelian SBN oleh Bank Indonesia merupakan bagian dari langkah-langkah kebijakan untuk penguatan strategi stabilisasi nilai tukar rupiah.
Selain itu, juga untuk penguatan strategi operasi moneter pro-market guna memperkuat efektivitas transmisi penurunan suku bunga, menjaga kecukupan likuiditas, serta mempercepat pendalaman pasar.
Khusus pembelian SBN di pasar sekunder, digunakan untuk memperkuat ekspansi likuiditas kebijakan moneter, sekaligus mencerminkan sinergi erat antara kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal pemerintah.
Baca Juga
Meski demikian, terkait besaran SBN yang akan dibeli pada paruh kedua tahun ini, Erwin enggan menyampaikannya. Dirinya hanya memastikan bahwa pembelian SBN akan terus dilakukan dengan memperhatikan sejumlah hal.
“Dengan mempertimbangkan perubahan likuiditas karena lalu lintas devisa dan operasi keuangan Pemerintah, kenaikan kebijakan insentif likuiditas makroprudensial, operasi moneter rupiah dan valuta asing, serta SBN milik Bank Indonesia yang akan jatuh tempo selama tahun 2025,” jelasnya kepada Bisnis.
Operasi moneter pro-market juga akan terus dioptimalkan melalui instrumen moneter Sekuritas Rupiah BI (SRBI) dengan menjadikan SBN sebagai underlying asset.
“Ke depan, Bank Indonesia akan terus mengoptimalkan strategi operasi moneter pro-market untuk menjaga kecukupan likuiditas dan meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter dalam mencapai sasaran inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah,” lanjutnya.
Sepanjang tahun ini sampai dengan 15 Juli 2025, Bank Indonesia tercatat telah membeli SBN senilai Rp144,90 triliun. Pembelian dilakukan melalui pasar sekunder sebesar Rp102,58 triliun dan pasar primer dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN), termasuk syariah, senilai Rp42,32 triliun.
Jumlah tersebut sudah hampir mencapai target pembelian SBN pada tahun ini yang senilai Rp150 triliun. Bila tidak ada penambahan, artinya jatah pembelian SBN hanya tersisa Rp5,1 triliun.
Meski demikian, Gubernur BI Perry Warjiyo telah menyampaikan sejak akhir tahun lalu bahwa pembelian SBN pada tahun ini dapat lebih dari Rp150 triliun. “Bisa jadi sampai Rp150 triliun bahkan kemungkinan bisa lebih tinggi. Nanti kami akan bicarakan,” ujarnya, Rabu (18/12/2024).