Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. memperkirakan tahun ini akan ada banyak surat berharga yang dijual untuk memenuhi kebutuhan dana untuk menyalurkan kredit.
Sepanjang 2018, bank pelat merah tersebut menargetkan kredit dapat tumbuh 11% - 12% dari realisasi pada 2017 yang tumbuh 10,2% secara tahunan.
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan pertumbuhan dana pihak ketiga Bank Mandiri akan sedikit turun ke level 9% jika dibandingkan dengan pertumbuhan sepanjang tahun 2017 yang mencapai 12%. Untuk menjaga likuiditas tetap mencukupi, perseroan berencana mengurangi porsi penempatan dana pada instrumen surat berharga.
"Tahun sebelumnya banyak masuk surat berharga, tahun ini sepertinya akan terbalik," ujarnya, pekan lalu.
Surat berharga yang dimiliki oleh Bank Mandiri sepanjang tahun 2017 mencapai Rp79,4 triliun atau turun 1,4% secara tahunan dari Rp80,5 triliun.
Secara industri, data Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per November 2017, total penempatan bank pada surat berharga mencapai Rp1.409 triliun, tumbuh 21,97% secara tahunan. Padahal, pada tahun sebelumnya, pertumbuhan dana bank pada instrumen ini melonjak cukup signifikan mencapai 30,30% secara tahunan.
Komponen surat berharga yang menurun cukup signifikan dalah Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Per November 2016, penempatan dana bank pada instrumen SBI mencapai Rp110,60 triliun, namun setahun kemudian dana yang ditempatkan pada instrumen tersebut menyusut drastis menjadi Rp23,15 triliun.