Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk. mengharapkan volume transaksi melalui EDC (electronic data capture) bisa tumbuh dua kali lipat.
Sepanjang tahun 2017 transaksi menggunakan kartu debit, kredit, maupun kartu BRIZZI melalui 138.000 mesin EDC BRI yang dipasang di hampir 50.000 merchant partner mencapai Rp45 triliun.
Menurut Direktur Konsumer BRI Handayani mengatakan transaksi berbasis kartu belum menunjukkan kinerja yang optimal tahun lalu.
"Tahun lalu transaksi kita sekitar Rp45 triliun. Menurut saya masih kecil. Tahun ini kita targetnya Rp80 triliun," ujarnya di Jakarta, Senin (12/3/2018).
Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya transaksi kartu melalui EDC BRI menurutnya tidak dapat dipungkiri bahwa sejumlah merchant dilengkapi dengan banyak pilihan mesin EDC dari bank lain.
BRI yang baru saja meresmikan kerja sama dengan merchant partner EDC tersebut mengharapkan dengan berbagai promosi bagi nasabah dapat mendorong volume transaksi non tunai.
"Kami ingin mendorong peningkatan FBI [fee based income] dan ini adalah satu potensi bagi kami," ujarnya.
Sampai dengan akhir tahun lalu pendapatan komisi atau fee based income (FBI) BRI tumbuh 13,2% secara year on year dari Rp9,2 triliun menjadi Rp10,4 triliun.
Potensi pertumbuhan FBI Bank BRI tahun ini diharapkan dapat mencapai 25% dengan adanya sinergitas sistem pembayaran Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) atau National Payment Gate (NPG).
Melalui ketentuan GPN, Bank Indonesia menetapkan biaya transaksi merchant discount rate (MDR) sebesar 0,15% on-us (antar sesama bank) dan maksimal 1% off-us (antar bank berbeda).