Bisnis.com, JAKARTA -- Salah satu agenda dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. yang dilaksanakan hari ini adalah membahas recovery plan, atau rencana penyelamatan bank ketika tejadi guncangan.
Bank Mandiri ditunjuk sebagai salah satu dari 11 bank sistemik oleh Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan POJK nomor 14 tahun 2017 tentang recovery plan.
Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin mengatakan sebelum akhir tahun ini Bank Mandiri harus menerbitkan surat utang yang berkarakteristik modal atau convertible bond dengan fiturnya adalah write down.
"Tenornya minimal lima tahun dengan nilai maksimal Rp1 triliun," ujarnya dalam konferensi pers Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan, Rabu (21/3/2018).
Meskipun proposal recovery plan tersebut sudah mendapatkan persetujuan dari dewan komisaris, OJK, dan pemegang saham pengendali, perseroan masih mengkaji bentuk instrumen ritelnya.
Siddik menyebutkan sebelum akhir tahun 2018 Bank Mandiri akan mempublikasikan mengenai detil dari surat utang tersebut. Dia juga menambahkan dengan diterbitkannya surat utang ini diperkirakan dapat mendorong peningkatan rasio kecukupan modal atau CAR (Capital Adequacy Ratio) hingga 0,13%.
"CAR Bank Mandiri yang sekarang sudah hampir mencapai 22% dan akan bertambah sedikit lebih kuat dengan recovery plan tersebut," tambahnya.