Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengurus Bank BUMN Kegemukan, Ini Komentar Ketua Himbara

Jumlah direksi dan komisaris Himpunan Bank-Bank Milik Negara (Himbara) dikritik karena kegemukkan. Hal itu dinilai pemborosan dan akan menjadi beban perbankan.
Ketua Umum Himbara sekaligus Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk Maryono/ JIBI-Abdullah Azzam
Ketua Umum Himbara sekaligus Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk Maryono/ JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Jumlah direksi dan komisaris Himpunan Bank-Bank Milik Negara (Himbara) dikritik karena kegemukkan. Hal itu dinilai pemborosan dan akan menjadi beban perbankan.

Namun,Ketua Himbara sekaligus Direktur Utama BTN Maryono membantah bahwa penambahan komisaris dan direksi di bank BUMN sebagai aksi bagi-bagi jabatan. Menurutnya, melebarnya struktur tersebut sejalan dengan pertumbuhan bisnis bank.

“Semua komponen pengurus ada aturan main yang diatur oleh POJK, misalnya komisaris tidak boleh melebihi jumlah direksi. Tambahan komisaris itu gak melanggar UU. Adanya tambahan ini kan karena kami melakukan pertumbuhan bisnis, BTN tumbuh 20% tiap tahun. Pemerintah sangat konsen untuk meningkatkan pengawasan sehingga ditambah komisaris,” ujarnya kepada Bisnis, akhir pekan lalu.

Dia mencontohkan, masuknya komisaris baru Parman Nataatmadja di BTN karena mempertimbangkan latar belakangnya yang dinilai akan bermanfaat bagi arah bisnis perseroan ke depan.

“Core BTN selama ini menanganai masyarakat menengah bawah dan akan masuk ke masyarakat paling bawah makanya perlu KPR mikro. Pak Parman mantan Dirut yang berhasil mengembangkan usaha kecil dan 10 tahun pegang PNM, ilmunya akan bermanfaat bagi BTN, jadi bukan hadian karena Pak Parman pensiun.”

Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) bank Himbara yang digelar dalam waktu berbeda selama pekan lalu, memutuskan perombakan dan penambahan susunan komisaris dan direksi bank.

Perubahan itu dialami oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., serta PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.

Misalnya seperti yang terjadi di BRI yang menetapkan Hadiyanto sebagai komisaris baru menggantikan Vincentius Sonny Loho yang habis masa jabatannya.

Selain itu, BRI juga memberhentikan dua direksinya, yakni Donsuwan Simatupang karena dapat penugasan ke Bank Mandiri) dan Susy Liestiyowaty yang habis masa jabatanya. BRI lantas mengangkat tiga direksi baru yakni Osbal Saragi Rumahorbo, Achmad Solichin Lutfiyanti dan Supari untuk mengisi jabatan yang diganti serta satu nomenklatur jabatan baru.

Secara total direksi BRI kini menjadi 12, bertambah 1 dari tahun 2017. Adapun, jumlah komisaris BRI sebanyak 9 orang, meningkat dibandingkan tahun 2016 sebanyak 8 orang.

Senada, BTN juga menambah satu jabatan direksi yang baru yakni Direktur Strategic Human Capital Yossi Istanto. Jumlah komisaris juga bertambah dengan masuknya Parman Nataatmadja sehingga struktur direksi dan komisaris BTN masing-masing menjadi 9 orang.

Kondisi yang serupa terjadi pada bank BUMN lainnya seperti BNI dengan jumlah direksi 11 orang dan komisaris 9 orang.

Alasan membengkaknya struktur komisaris dan direksi bank BUMN mendatangkan pertanyaan. Pasalnya bila dibandingkan dengan bank swasta nasional, jumlah komisaris tersebut hampir dua kali lipat.

“Jumlah komisaris misalnya di bank swasta BUKU IV rata-rata 4-5 orang, jadi kalau sampai 10 orang komisaris tentu jadi pertanyaan. Jangan karena jelang tahun politik terkesan bagi bagi jabatan tapi tidak inline dengan kinerja bank,” kata Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara, saat dihubungi Bisnis, akhir pekan lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper