Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BNI Proses Persetujuan Emisi Obligasi & MTN

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. juga menyatakan akan mencari dana-dana nonkonvensional untuk menjaga struktur biaya dana, termasuk penghimpunan dana dari pasar modal.
Karyawati Bank BNI menghitung uang Rupiah, di Jakarta, Senin (3/4/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Karyawati Bank BNI menghitung uang Rupiah, di Jakarta, Senin (3/4/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. juga menyatakan akan mencari dana nonkonvensional untuk menjaga struktur biaya dana, termasuk penghimpunan dana dari pasar modal.

Namun, menurut Direktur BNI Rico Rizal Budidarmo realisasi penarikan dana wholesale akan disesuaikan dengan kebutuhan. Adapun, pada kuartal I/2018 likuiditas perseroan dinilai masih mencukupi untuk menunjang kebutuhan ekspansi.

Emiten bersandi saham BBNI itu tengah menunggu persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk emisi obligasi dan surat utang jangka pendek (medium term notes / MTN).

“Untuk pendanaan wholesale, kami masih memiliki room penerbitan Obligasi dan MTN hingga Rp7,5 triliun, saat ini masih proses persetujuan dari OJK. Jumlah eksekusi akan disesuaikan kondisi likuiditas dan suku bunga dimana biaya dana menjadi fokus,” katanya kepada Bisnis, Minggu (29/4/2018).

BNI membidik pertumbuhan yang signifikan sepanjang 2018 dalam berbagai segmen. Secara khusus pada segmen bisnis kredit konsumer, BNI menargetkan tumbuh hingga 12,5% - 15% per akhir tahun. 

Menurut Direktur Bisnis Ritel BNI Tambok PS Simanjuntak salah satu subsegmen yang dapat digenjot yakni penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) serta payroll dan kartu kredit.

Pada kuartal I/2018, perseroan mencetak pertumbuhan kredit konsumer sebesar 12,5% secara year on year. Realisasi pertumbuhan bisnis kartu kredit dan KPR masing-masing sebesar 8,2% (yoy) dan 4,2% (yoy).

“Payroll masih menjadi prioritas kami dan menjadi kontributor terbesar untuk pertumbuhan kuartal I/2018 yakni sebesar 45,4% (yoy),” katanya, akhir pekan lalu.

Kendati agresif membidik kenaikan penyaluran kredit, Tambok menyatakan pihaknya juga menjaga rasio kredit bermasalah tetap rendah. Per akhir Maret lalu, rasio nonperforming loan (NPL) kredit konsumer BNI ada di level 2,5%.

“Kami ingin mencetak pertumbuhan yang berkualitas. Untuk payroll juga spesifik dengan yang benar-benar supply chain dari korporasi, terutama BUMN, institusi atau perusahaan yang bagus. Jadi kami tidak mau hanya asal tumbuh tapi NPL jadi tinggi,” ujarnya.

Dia melanjutkan, kinerja di segmen tersebut juga turut mengerek kenaikan laba bersih perseroan, terutama di sisi pendapatan nonbunga dari pengelolaan rekening, transaksi kartu kredit dan transaksi kartu debit.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper