Direktur Utama Bank Sampoerna, Ali Rukmijah menyatakan, pertumbuhan laba ini menunjukkan bahwa kinerja perseroan semakin membaik di tengah fluktuasi situasi makro ekonomi.
Peningkatan laba bersih ini ditopang tidak hanya oleh peningkatan pendapatan bunga bersih, namun juga oleh pendapatan operasional selain bunga.
”Kredit pada segmen UMKM yang pada akhir kuartal pertama tahun ini bertumbuh 16% dibandingkan dengan jumlah per akhir kuartal pertama 2017, menjadi motor pertumbuhan kredit secara keseluruhan," ujarnya seperti keterangan resmi yang dikutip Bisnis.com, Sabtu (12/5/2018).
Menurutnya, Probiz, produk pinjaman cepat dan fleksibel Bank Sampoerna menjadi salah satu pendorongnya. Dengan demikian, 79% dari seluruh kredit Bank Sampoerna disalurkan pada segmen UMKM.
"Hal ini sejalan dengan visi Bank Sampoerna untuk menjadi institusi keuangan pilihan masyarakat yang berfokus pada sektor usaha mikro, kecil dan menengah dan memberikan pelayanan yang terpercaya dan profesional," ujarnya.
Adapun untuk total pinjaman per akhir Maret 2018 sendiri menjadi Rp6,4 triliun, meningkat dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang tercatat hanya sebesar Rp6,2 triliun.
Pertumbuhan kredit ini tentunya dilakukan dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian. NPL tercatat pada tingkat 3,0% atau relatif tidak berubah dibandingkan yang dicatat pada tahun sebelumnya. Rasio NPL nett yang berada pada level 2,6%, cukup signifikan di bawah ketentuan yang ditetapkan regulator sebesar 5,0%.
Pendapatan bunga bersih Bank Sampoerna pada kuartal pertama 2018 mencapai Rp150,2 miliar atau meningkat 17% dibandingkan jumlah pada periode yang sama tahun lalu. Peningkatan ini tidak lepas dari pengelolaan beban bunga.
Selain terdapat kecenderungan penurunan suku bunga, Bank berhasil meningkatkan dana murah pihak ketiga dalam bentuk giro dan tabungan berturut-turut sebesar 27% dan 15% dibandingkan dengan kondisi pada tahun sebelumnya.
Pertumbuhan giro dan tabungan ini jauh lebih tinggi dari pertumbuhandeposito yang berada pada angka 11%. Per akhir Maret 2018 komposisi dana pada rekening giro dan tabungan (Current Account & Saving Account/CASA) terhadap keseluruhan Dana Pihak Ketiga (DPK) atau yang dikenal sebagai CASA ratio membaik ke tingkat 14,3% dibandingkan periode sama tahun lalu 13,5%.
Henky Suryaputra, Chief Financial Officer Bank Sampoerna menambahkan bahwa untuk total DPK tumbuh 12% (YoY) menjadi sebesar Rp7,3 triliun.
”Peningkatan DPK yang lebih pesat dari pertumbuhan penyaluran kredit menjadikan rasio pinjaman terhadap total simpanan atau Loan to Deposit Ratio (”LDR”) berada di level 87,6%
pada Maret 2018 dibandingkan sebesar 93,1% pada tahun sebelumnya. Tingkat LDR ini dipandang cukup baik mengingat fluktuasi kondisi ekonomi di Indonesia,” jelas Henky.
Sejalan dengan itu, pendapatan berbasis komisi (fee based income) Bank Sampoerna pada kuartal ini tumbuh sangat signifikan menjadi Rp9,9 miliar.
“Potensi untuk meningkatkan pendapatan berbasis fee ini masih akan berlanjut hingga kuartal berikutnya, seiring dengan semakin banyaknya potensi pasar yang kebutuhannya dapat didukung oleh Bank Sampoerna,” lanjut Henky.
Adapun rasio keuangan lainnya dapat dicapai pada level yang cukup baik, seperti ROE 4,7%, NIM 7,2%, dan CAR 18,8%. “Kami yakin penyaluran kredit Bank Sampoerna masih berpotensi tumbuh signifikan hingga akhir tahun ini," tegasnya.
Sementara itu pengembangan produk Probiz dan penyaluran kredit ke sektor UMKM akan terus diselaraskan perseroan dengan kebutuhan pasar demi memajukan perekonomian di Indonesia.