Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Sahabat Sampoerna atau Bank Sampoerna mengungkapkan dampak gejolak perekonomian global terhadap bisnis UMKM yang menjadi fokus utama perseroan.
CEO Bank Sampoerna Ali Yong menyampaikan bahwa tantangan ekonomi pada kuartal I/2025 bisa jadi tidak akan mereda hingga akhir tahun, mengingat sejumlah permasalahan dan kondisi geopolitik yang penuh ketidakpastian.
“Kondisi ini tentunya menyulitkan UMKM untuk berkembang. Pun demikian, kondisi tersebut tidak menyurutkan Bank Sampoerna untuk terus mendukung pemberdayaan UMKM,” katanya dalam keterangan tertulis, Jumat (16/5/2025).
Menurutnya, Bank Sampoerna akan memanfaatkan teknologi digital dan kolaborasi dengan berbagai mitra strategis untuk memberdayakan dan memperluas cakupan penyaluran kredit UMKM hingga ke pelosok Tanah Air.
Portofolio pembiayaan Bank Sampoerna juga didominasi oleh kredit UMKM. Pembiayaan untuk segmen usaha wong cilik itu mencapai 63% atau setara Rp7,4 triliun dari total kredit Bank Sampoerna kuartal I/2025 sebesar Rp11,9 triliun.
“Pinjaman pada pelaku UMKM oleh Bank Sampoerna sendiri sebagian besar, atau sebesar 86% dilakukan secara langsung oleh Bank Sampoerna dan sisanya disalurkan melalui lembaga keuangan lain yang menjadi mitra strategis,” ujarnya.
Baca Juga
Sementara itu, DPK yang dihimpun Bank Sampoerna tercatat sebesar Rp13,4 triliun per Maret 2025, naik 4,4% secara tahunan (YoY) dari sebelumnya Rp12,9 triliun. Laba bersih yang diperoleh Bank Sampoerna sebesar Rp5,3 miliar, masih terkoreksi Rp26,34 miliar sepanjang periode yang sama.
Diberitakan sebelumnya, kondisi kredit UMKM perbankan kian menyusut pada kuartal I/2025. Bank Indonesia (BI) mencatat penyaluran kredit untuk segmen UMKM hanya naik sebesar 1,7% secara tahunan (YoY) menjadi Rp1.396,4 triliun pada bulan ketiga tahun ini.
Laju pertumbuhan itu melanjutkan tren pelambatan sejak awal tahun, lebih lagi jika dibandingkan dengan akhir 2024. Per Februari 2025, kredit UMKM tumbuh mini 2,1%, lebih rendah dibandingkan pada Januari yang tumbuh sebesar 2,5% YoY.
Pembiayaan skala usaha mikro mengalami tekanan paling dalam dengan pertumbuhan negatif 2,1% menjadi Rp625,7 triliun pada Maret 2025. Pemburukan berlanjut dari minus 0,9% pada Februari dan minus 0,1 YoY pada Januari.
Setali tiga uang, pertumbuhan kredit skala usaha menengah juga kian terkontraksi ke level 0,05% YoY menjadi Rp304,7 triliun pada kuartal I/2025. Jumlah itu turun dari pertumbuhan per Februari dan Januari yang masing-masing sebesar 0,5% dan 1,1%.