Bisnis.com, JAKARTA—Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Maryono mengatakan bahwa peranan milenial tidak bisa dilepaskan dari pertumbuhan ekonomi nasional, khususnya bagi sektor properti. BTN, lanjutnya menilai generasi tersebut sebagai subjek sekaligus objek dalam sektor industri tersebut.
Dia mengatakan, proyeksi partumbuhan jumlah penduduk usia produktif khususnya, generasi milenial, yang terus meningkat, perseroan berupaya mengoptimalkan peran mereka di sektor properti baik dari sisi supply maupun demand sektor properti.
“Dari sisi demand, kami sudah meluncurkan program ‘KPR Gaeesss’ pada kuartal III, dengan fitur yang sesuai dengan kemampuan finansial milenial, sementara dari sisi supply kami mengajak milenial menjadi entrepreneur di bidang properti lewat pelatihan atau workshop yang disiapkan Housing Finance Center [HFC] dari BTN,” katanya Senin (10/12/2018).
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa generasi milenial juga turut mengubah paradigma para pelaku bisnis properti. Para pengembang, mau tidak mau, harus senantiasa memahami dan mengikuti selera milenial sebagai pasar yang potensial.
Berdasarkan riset dari HFC terhadap 374 responden dari generasi milenial, sebanyak 43% menginginkan rumah satu lantai yang tidak terlalu luas, dengan halaman, dan hanya sebesar 29% yang menginginkan rumah satu lantai berukuran cukup luas tanpa halaman. Adapun, sisa responden lainnya menginginkan rumah dua lantai.
Sementara itu, dari sisi harga properti, Maryono menambahkan, rumah dengan harga terjangkau menjadi pilihan utama 46,8% responden. Pemilihan properti berdasarkan, lanjutnya, lokasi hanya menjadi sasaran utama bagi sekitar 36,6% responden.
“Dari riset tersebut artinya milenial masih membutuhkan rumah tapak untuk mereka jadikan tempat tinggal atau investasi dan harganya harus terjangkau,” ujarnya.
Sejak 1976 hingga bulan Oktober 2018, atau kurang lebih 42 tahun, lanjutnya, perseroan telah merealisasikan kredit untuk membangun hampir 5.000.000 unit rumah impian bagi keluarga Indonesia, baik dalam bentuk KPR subsidi maupun non subsidi. Nilai KPR yang sudah terealisasi mencapai sekitar Rp257,6 triliun.
“Pada tahun 2019, kami mematok pertumbuhan kredit sekitar 15% dengan mengandalkan KPR sebagai pendorong utama selama Pemerintah memantapkan Program Satu juta rumah”, kata Maryono.
Maryono optimistis pada tahun depan, emiten perbankan berkode BBTN tersebut dapat menyalurkan pembiayaan KPR senilai 850.000 unit rumah. Jumlah tersebut naik 100.000 unit dibandingkan target tahun ini yang sebesar 750.000 unit.
“Pertumbuhan properti juga disokong oleh sinergi BUMN dalam pengembangan kawasan Transit Of Development yang makin marak, kawasan hunian di wilayah tersebut akan menyerap banyak peminat khususnya milenial dan harus didukung oleh pembiayaan dari perbankan,” kata Maryono.
Maryono menilai, pekerjaan rumah untuk mengurangi backlog perumahan yang ditargetkan bisa turun hingga 5,4 juta rumah pada tahun 2019 nanti bukan hanya milik BTN, ataupun pengembang dan pemerintah namun juga seluruh masyarakat bisa ikut berperan.
“Oleh karena itu 42 tahun KPR BTN akan menjadi momentum dan kami mengajak milenial untuk bisa menjadi innovator dan akselerator untuk mempercepat pencapaian program satu juta rumah, tidak harus dengan menggerakkan bisnis properti, tetapi dapat dengan bisnis lain yang menunjang perkembangan bisnis properti, misalnya desain interior, bahan bangunan, furniture dan bisnis lain yang dapat mengangkat ekonomi keluarga Indonesia,” tutup Maryono.