Bisnis.com, JAKARTA—Otoritas Jasa Keuangan menyatakan bahwa pertumbuhan kredit sampai dengan akhir 2018 mencapai 12,45% secara tahunan. Pertumbuhan tersebut lebih rendah daripada target revisi yang dipasang pada kisaran 13%.
“Credit growth perbankan lumayan, kita sudah tumbuh dua digit 12,45%, tahun 2017 hanya 8%,” ujar Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Kompleks Perkantoran Bank Indonesia, Rabu (2/1/2018).
Adapun, pertumbuhan penghimpunan dana perbankan sepanjang tahun lalu disebutkan berada pada kisaran 8%, lebih rendah daripada pertumbuhan kredit. Jumlah pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) tersebut sesuai dengan proyeksi dari OJK.
Di sisi lain, pertumbuhan kredit diikuti dengan perbaikan kualitas kredit yang tercermin dari rasio kredit bermasalah. Heru Kristiyana, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan mengatakan bahwa perbaikan akan terus dilakukan pada tahun ini.
“NPL [non-performing loan] gross 2,2%, nett-nya 1,1%, kan bagus, sangat jauh dari treshold. Jadi kami akan terus dorong supaya kredit tetap tetap tumbuh tetapi yang bermasalah turun, termasuk yang loan at risk-nya, sekarang kan dalam kisaran 8%—9%,” ujarnya, dalam kesempatan yang sama.
Dia mengatakan, pengawasan akan lebih intensif dilakukan pada level individual perbankan. Loan at risk, yang termasuk kredit dalam kolektabilitas 2, diharapkan dapat diturunkan menjadi kolektabilitas 1 dan menjadi lancar kembali.
“Semoga, kami harapkan tidak ada situasi ledakan-ledakan yang seperti kemarin, kemarin pun dengan berbagai hambatan kita tetap bisa tekan ya, sehingga 2019 ini saya ingin pengawas tetap melakukan pengawasan bank perbank secara individual. Supaya risiko-risiko likuiditas, risiko kredit, itu kita bisa jaga dengan baik.”
Selain menekankan pengawasan terhadap kualitas aset bank, Heru menuturkan, OJK akan melakukan evaluasi kinerja terhadap bank sesuai dengan kondisi masing-masing. Evaluasi tersebut akan menentukan arahan lanjutan dari OJK kepada bank tersebut, baik untuk mempercepat laju pertumbuhan kredit atau sebaliknya.
Secara umum, dia menyampaikan bahwa dari rencana bisnis bank (RBB) yang diterima, bank besar rata-rata menargetkan pertumbuhan kredit pada kisaran 13%. Namun, proyeksi tersebut belum mewakili proyeksi sektor perbankan secara umum karena belum menghitung RBB bank-bank kecil.
“Bank yang kecil-kecil belum kami hitung. Kecil itu bisa menarik ke bawah atau ke atas, kami kan belum lihat betul, semoga setelah kami hitung di akhir bulan ini kami bisa dapatkan angka yang pasti, tapi saya tetap mengharapkan lebih tinggi dari sekarang lah,” jelasnya.