Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng) berencana fokus pada penyaluran kredit usaha mikro untuk mendukung akselerasi pertumbuhan bisnis pada tahun ini.
Direktur Utama Bank Jateng Supriyatno mengatakan bahwa pertumbuhan fungsi intermediasi sepanjang tahun lalu mencapai sekitar 12%—13%. Pada tahun ini, perseroan menargetkan pertumbuhan kredit dapat mencapai kisaran 14%—15%.
Dalam ekspansi kredit tahun ini, Bank Jateng akan fokus dalam menyalurkan kredit mikro pada tahun ini, terutama yang mengalir ke sejumlah sektor unggulan seperti perikanan, pertanian, dan kehutanan. Perseroan juga akan melakukan pendampingan pada debitur mikro tersebut dalam mengelola usahanya guna menjaga risiko kenaikan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL).
"Komoditas-komoditas tertentu sudah kita jalankan seperti jagung dan kedelai. Soal pendampingan, bagaimana NPL-nya tetap terjaga itu yang penting," ujarnya kepada Bisnis, Senin (14/1/2019).
Per kuartal III/2018, kontribusi kredit UMKM terhadap portofolio kredit perseroan telah mencapai 27,87%. Selain itu, kredit usaha mikro dan kecil menyumbang 12,52% dari total kredit.
Supriyatno mengatakan, pendorong penyaluran kredit UMKM adalah program Kredit Mitra Jateng (KMJ) 25 dengan bunga 7% per tahun. Menurutnya, sebelum bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) turun menjadi 7% pada awal 2018, perseroan sudah terlebih dahulu mematok bunga kredit mikro di level 7%. Di samping itu, perseroan menganggarkan penyaluran kredit ke masing-masing kabupaten di Jawa Tengah senilai Rp10 miliar per tahun.
Seperti diketahui, KMJ 25 tidak mengharuskan debitur memiliki agunan agar pengajuan kredit disetujui. Plafon yang diberikan dapat mencapai Rp25 juta dengan bunga anuitas 7%.
Sementara itu, dari sisi penghimpunan dana, Supriyatno mengatakan bahwa pada tahun ini Bank Jateng menargetkan pertumbuhan dana pihak ketiga dapat mencapai setidaknya 11% dari posisi pada akhir 2018. Untuk mengantisipasi pengetatan likuiditas pada tahun ini, perseroan berencana mempertebal porsi dana murah.
Bank Jateng juga berupaya terus mengurangi dominasi dana pemerintah dalam struktur dana pihak ketiga. Saat ini, komposisi dana pemerintah hanya mencapai sekitar 35% dari total dana yang dihimpun.
Dari sisi aset, dalam 4 tahun terakhir aset perseroan naik sebanyak dua kali lipat menjadi Rp61,4 triliun pada akhir 2017 dari Rp30,6 triliun pada akhir 2013. Hingga November 2018, aset perseroan tercatat susut 1,2% menjadi Rp66,5 triliun dari Rp67,3 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Hal tersebut disebabkan oleh penghimpunan dana yang turun 2,26% secara tahunan menjadi Rp51,7 triliun dari Rp52,9 triliun. Adapun, portofolio kredit tumbuh 8,89% menjadi Rp43,1 triliun.