Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank BUMN Pasang Target Pertumbuhan Moderat Tahun Ini

Bank-bank yang tergabung dalam himpunan bank milik negara (himbara), yakni BTN, BNI, BRI dan Bank Mandiri, cenderung memasang target pertumbuhan bisnis yang lebih moderat pada 2019 karena mempertimbangkan risiko global dan dalam negeri.
Menkeu Sri Mulyani Indrawati (keempat kanan) berbincang dengan  Menteri BUMN  Rini Soemarno (keempat kiri),  Dirut Telkom Alex J Sinaga (dari kiri), Dirut BNI Achmad Baiquni, Dirut BRI Suprajarto, Dirut BTN yang juga Ketua Himbara Maryono, Dirut Mandiri Kartika Wirjoatmodjo, dan Dirjen Pajak  Robert Pakpahan, usai penandatanganan kerja sama Himbara, Telkom dan Ditjen Pajak di Jakarta, Rabu (31/10/2018)./JIBI-Dedi Gunawan
Menkeu Sri Mulyani Indrawati (keempat kanan) berbincang dengan Menteri BUMN Rini Soemarno (keempat kiri), Dirut Telkom Alex J Sinaga (dari kiri), Dirut BNI Achmad Baiquni, Dirut BRI Suprajarto, Dirut BTN yang juga Ketua Himbara Maryono, Dirut Mandiri Kartika Wirjoatmodjo, dan Dirjen Pajak Robert Pakpahan, usai penandatanganan kerja sama Himbara, Telkom dan Ditjen Pajak di Jakarta, Rabu (31/10/2018)./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Bank-bank yang tergabung dalam himpunan bank milik negara (himbara) cenderung memasang target pertumbuhan bisnis yang lebih moderat pada 2019 karena mempertimbangkan risiko global dan dalam negeri. 

Hal tersebut mengemuka dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) antara Himbara dengan Komisi XI di kompleks gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (15/1/2018).

Dalam paparan yang disampaikan oleh Maryono, Ketua Umum Himbara yang juga Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk., terungkap bahwa target kredit yang dibidik bank pelat merah pada 2019 cenderung stagnan dibandingkan dengan tahun lalu. 

Bahkan, proyeksi tersebut masih lebih rendah dari realisasi pertumbuhan kredit per akhir kuartal III/2018. 

Sebagai contoh, Bank BTN membidik penyaluran kredit dan dana pihak ketiga (DPK) naik 12%-15% diikuti rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) di level 1,9% -  2,1%.

Sebagai perbandingan, per September lalu kredit perseroan tumbuh 19,28%, diikuti kenaikan DPK 16,0% dan rasio NPL 2,65%. 

Setali tiga uang, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. juga memasang target pertumbuhan kredit sebesar 12% - 13%, DPK 11% - 12% dan NPL turun jadi 2,6% - 2,65%.

Adapun, penyaluran kredit dan DPK Bank Mandiri per September 2018 masing-masing tumbuh 13,8% dan 9,2% dengan rasio NPL 3,01%.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. juga hanya mematok target tumbuh 12%-14% diikuti proyeksi DPK 11% - 13% dan rasio NPL 1,9% - 2,1%. Angka tersebut cenderung lebih moderat dibandingkan capaian pertumbuhan kredit dan DPK pada September 2018 yakni 16,5% dan 13,3%. 

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. memperkirakan kredit naik 13% - 15% diikuti penghimpunan DPK tumbuh 12% - 14% dan NPL di kisaran 1,9% - 2%. Target loan growth tersebut sedikit di bawah capaian per akhir kuartal III/2018 sebesar 15,6% dan DPK yang tumbuh 14,2%.

Para bankir beralasan estimasi pertumbuhan yang moderat tersebut karena faktor pengetatan likuiditas perbankan yang berpotensi berlanjut pada tahun ini. 

"Sebetulnya kalau kita bisa mempertahankan seperti tahun lalu juga sudah bagus. Permasalahannya kami lihat likuiditas karena 2019 itu ditandai likuiditas yang ketat, mungkin akan lebih ketat dari 2018 karena kami lihat pertumbuhan DPK nasaional lebih rendah dari pertumbuhan kreditnya," kata Direktur Utama Bank BNI Achmad Baiquni. 

Walau begitu, dia menyatakan perseroan masih membuka peluang untuk merevisi naik RBB pada tahun depan jika kinerja pada paruh pertama 2019 cukup positif. 

Beberapa sektor yang masih akan menjadi motor pertumbuhan kredit Bank BNI antara lain infrastruktur dan perkebunan.

"Kalau lihat permohonan kredit, pengusaha tidak menunggu kok. Walaupun harga sawit lagi turun, tapi itu kesempatan juga buat investasi sekarang," tuturnya. 

Baiquni melanjutkan, sepanjang 2018 emiten bersandi BBNI itu mampu mencetak pertumbuhan sebesar 15% dari sisi penyaluran kredit.  Sementara itu,

Direktur Utama Bank BRI Suprajarto mengatakan pihaknya akan menjaga penyaluran kredit agar tidak sampai turun dibandingkan dengan tahun lalu.

Menurutnya, posisi loan to deposits (LDR) Bank BRI sebesar 90% per akhir tahun lalu sebenarnya masih mencukupi untuk mendukung ekspansi kredit. 

"Targetnya more or less sama dengan tahun 2018, akan dijaga di level 12% - 14%. Kami masih optimistis, apalagi ini [peluangnya] belum digali semua, kalau setelah Pemilihan Presiden kondisinya bisa kondusif, pasti kepercayaan masyarakat akan tumbuh lagi," katanya. 

Menurut Suprajarto, sejauh ini penyaluran kredit belum menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Bahkan, dalam bulan pertama tahun 2019 sebagian debitur Bank BRI sudah mulai melakukan penarikan kredit. 

"Cara kerja BRI agak berbeda, kami usahakan speed-nya sama, bahkan kami minta agar awal tahun dipacu supaya nanti pas akhir tahun tinggal koreksi hal-hal yang belum tercapai," paparnya. 

Guna mengatasi potensi ancaman persoalan likuiditas, anggota Bank Himbara menyatakan akan mencari alternatif pendanaan di luar dana konvensional, seperti lewat emisi surat berharga hingga pinjaman bilateral. 

Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, secara keseluruhan target penghimpunan dana yang direncanakan oleh Himbara pada tahun ini berkisar Rp94 triliun-Rp95 triliun, baik dalam denominasi rupiah maupun valuta asing. 

Dirut Bank BTN Maryono mengatakan pihaknya juga melakukan sekuritisasi aset sebagai upaya melonggarkan likuiditas. "Persoalan LDR ini tergantung masing-masing bank fokusnya di mana, dalam pembiayaan ada jangka pendek dan panjang. Dengan perkembangan teknologi keuangan saat ini, pendanaan tidak hanya dari DPK tapi bisa dari obligasi, surat berharga dan lain-lain," paparnya. 

Guna mengantisipasi pengetatan likuiditas, Maryono juga menghimbau agar bank-bank tidak berlomba menaikkan suku bunga dana. "Perlu dijaga supaya pengaturan suku bunga ini jangan sampai masing-masing BUKU berlomba menaikkan suku bunga dana," paparnya.

Pada perkembangan lain, Maryono mengatakan kinerja Himbara pada tahun lalu mengalami peningkatan dari sisi fungsi intermediasi serta kontribusinya dalam program pemerintah. 

"Walaupun kondisi global dan nasional banyak faktor yang kurang mendukung, tapi bank-bank Himbara mampu memberikan kinerja yang lebih baik dari industri perbankan secara nasional," ujarnya. 

Dia memerinci, setidaknya ada enam program pemerintah yang melibatkan Himbara pada tahun 2018. Pertama, program kemitraan dengan total penyaluran sebesar Rp418,3 miliar. Kedua, penyaluran pada program bina lingkungan tahun 2018 sebesar Rp401,1 miliar. 

Ketiga, penyaluran kredit usaha rakyat kepada lebih dari 13 juta penduduk sepanjang tahun lalu mencapai Rp248,9 triliun. Keempat, penyaluran untuk program keluarga harapan tahun 2018 sebesar Rp17,34 triliun. 

Kelima, penyaluran untuk program bantuan pangan nontunai tahun 2018 sebesar Rp6,2 triliun. Keenam, realisasi nasional program sejuta rumah dengan pencapaian sebanyak 1.041.323 unit rumah per November 2018. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ropesta Sitorus
Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper