Bisnis.com, JAKARTA — Kendati proyek pembangunan kereta ringan (light rail transit/LRT) Jabodebek molor, bank pemberi kredit tidak khawatir akan berujung pada gagal bayar karena sudah dijamin oleh pemerintah.
Seperti diketahui, sejumlah kendala membuat penyelesaian proyek LRT mundur menjadi 2020. Kontraktor dan investor proyek LRT menyebutkan jadwal pengoperasian tergantung pada penyelesian pembangunan depo dan trase di lintas Cawang-Dukuh Atas.
Saat ini, dua masalah itu belum sepenuhnya tuntas. Konstruksi lintasan kereta ditargetkan rampung pada akhir 2019. Namun, progres fisik secara keseluruhan mencapai 56,1% pada pertengahan Januari 2019.
Berdasarkan lintasan, progres konstruksi Cawang-Cibubur 76,21%, Cawang—Dukuh Atas 44,19%, dan Cawang—Bekasi Timur 51,06%. Pada Juni 2019, Adhi Karya akan melakukan uji coba kereta pada lintas Cawang—Cibubur.
Kemudian, disusul oleh pernyataan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang mengatakan bahwa pembangunan LRT di luar kota Jakarta tidak perlu dibangun secara melayang atau elevated. Dia mengkritik hal tersebut karena pembebasan lahan di luar Jakarta lebih murah dibandingkan dengan pembangunan elevated.
Selain itu, pembangunan infrastruktur transportasi secara elevated memakan waktu lebih lama. Hal itu pun berpengaruh terhadap membengkaknya biaya proyek.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiatmadja mengatakan, tidak semua pembangunan infrastruktur memiliki prospek yang positif dari sisi komersial. Pasalnya, harga pembangunan LRT akan sulit untuk mencapai titik impas, karena harus menjual tiket perjalanan dengan harga murah.
“Tarif untuk transportasi umum harus murah, sedangkan pembangunan [LRT] lumayan besar. Tanpa jaminan pemerintah saat itu tidak ada bank yang mau biayai,” katanya kepada Bisnis, Selasa (15/1/2019).
Dia melanjutkan, pemerintah telah menjamin apabila PT Kereta Api Indonesia (Persero), operator LRT Jabodebek, gagal bayar kepada kreditur. Pemerintah juga berjanji akan memberikan subsidi harga tiket untuk memastikan arus kas KAI selaku operator berjalan dalam kondisi baik.
Direktur Utama PT Bank CIMB Niaga Tbk. Tigor M. Siahaan berpendapat serupa. Menurutnya, pembangunan LRT memiliki sejumlah tahapan. Kendati molor dari target awal beroperasi, sambungnya, sejauh ini profil risiko masih terpantau baik. “Pembayaran masih [lancar] dan ada semacam dukungan dari pemerintah, ada jaminan,” katanya kepada Bisnis, Selasa (15/1/2019).
Mengutip situs resmi perseroan, CIMB Niaga mengucurkan Rp3,78 triliun untuk dua proyek pemerintah. Dalam pembangunan LRT, bank asal Malaysia ini berpartisipasi sebesar Rp2,78 triliun.
Seperti diketahui, bank nasional, swasta, serta asing ikut mengucurkan kredit sindikasi untuk proyek LRT Jabodebek dengan nilai mencapai Rp19,25 triliun. Sebanyak Rp18,1 triliun digunakan sebagai kredit investasi, sedangkan sisanya Rp1,15 triliun untuk kredit modal kerja. KAI berjanji akan melunasi dalam tempo 18 tahun.
Bank umum kelompok usaha (BUKU) IV dan III yang ikut serta adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank Central Asia Tbk., PT Bank CIMB Niaga Tbk., dan PT Bank Mega Tbk. PT Bank DKI dan PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara menjadi dua bank daerah yang ikut serta.
Tak hanya itu, sejumlah bank asing juga ikut menggelontorkan kredit, di antaranya The Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ Ltd., PT Bank KEB Hana Indonesia, dan PT Bank Shinhan Indonesia.