Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

#mandirierror : Ketika Layanan Perbankan Bergantung Penuh Pada IT

Layanan Mandiri Online dan jaringan ATM telah kembali normal setelah sempat dinonaktifkan pihak Bank Mandiri pada Sabtu pagi (20/7/2019). Hal ini pun sempat menimbulkan kebingunan bagi nasabah.
Karyawan melayani nasabah di salah satu kantor cabang Bank Mandiri, di Jakarta, Kamis (4/7/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat
Karyawan melayani nasabah di salah satu kantor cabang Bank Mandiri, di Jakarta, Kamis (4/7/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Layanan Mandiri Online dan jaringan ATM telah kembali normal setelah sempat dinonaktifkan pihak Bank Mandiri pada Sabtu pagi (20/7/2019). Hal ini pun sempat menimbulkan kebingunan bagi nasabah.

Semisal, Anwar, yang pada akhir pekan ini mengajak keluarganya bermain ke mal dengan bermodal kartu debit Bank Mandiri dan uang kartal sekitar Rp17.500.

Anwar kebingunan saat seluruh anjungan tunai mandiri (ATM) Bank Mandiri tidak bisa digunakan. Transaksi menggunakan kartu debit Bank Mandiri di ATM berlogo LINK pun tidak dapat diproses.

Selain Anwar, keluhan juga bergema di jejaring Internet. Warganet banyak mengeluhkan gangguan sistem PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Hasilnya, topik soal Bank Mandiri ini masuk dalam daftar trending di Twitter. Bahkan, tagar #mandirierror berada di posisi teratas worldwide trends di media sosial tersebut pada Sabtu (20/7/2019).

Semua bermula dari warganet yang mempertanyakan saldo rekening mereka yang tiba-tiba berubah. Warganet ada yang menemukan saldo rekeningnya berkurang drastis hingga Rp0, sedangkan lainnya mengaku bertambah tanpa adanya rekaman mutasi.

Diserbu aduan nasabah, bank dengan logo pita emas ini sontak mengadakan konferensi pers untuk memberikan penjelasan ke publik pada Sabtu pagi (20/7/2019) pukul 10.00 WIB.

Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas mengkonfirmasi perubahan saldo rekening nasabah terjadi pada saat perpindahan proses dari core system ke back up system yang rutin dilaksanakan di akhir hari. Artinya, semua terjadi bukan karena human error dan tidak terdapat unsur fraud. Perubahan tersebut terjadi pada 10 persen rekening nasabah Bank Mandiri atau sekitar 1,5 juta nasabah.

“Tidak ada unsur fraud,” tegas Rohan Hafas.

Di hubungi terpisah, Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo menyampaikan terjadi kesalahan proses di sistem perseroan dan memastikan seluruh saldo rekening nasabah tidak akan hilang.

“Seluruh rekening nasabah akan kembali ke saldo awal dan tidak akan ada yang hilang,” ujarnya kepada Bisnis, Sabtu (20/7/2019).

Rohan menjamin saldo nasabah akan segera pulih dalam waktu 2—3 jam sejak konferensi pers itu berlangsung. Namun, masalah tersebut baru dapat terselesaikan sekitar pukul 14.30 WIB.

Teridentifikasi bahwa ada 2.670 rekening nasabah yang sudah melakukan transaksi menggunakan saldo yang bertambah.

Perseroan pun mengambil langkah dengan memblokir sementara rekening nasabah tersebut dan akan ditindaklanjuti kantor cabang di mana nasabah membuka rekeningnya.

Pihak Bank Mandiri menegaskan sudah melakukan antisipasi dengan mem-back-up data dan memastikan data nasabah tidak akan hilang. Meskipun terjadi kegagalan sistem, saldo nasabah pasti akan tetap kembali karena sudah terdata.

"Kami akan melakukan audit IT untuk mengidentifikasi penyebab system error. Jika terjadi kegagalan hardware, bukan human error, antisipasinya mungkin sulit. Jadi jawabannya mungkin membeli hardware lain yang daya tahannya lebih bagus," ujar Rohan.

Dihubungi secara terpisah, Ketua Asosiasi Cloud Computing Indonesia Alex Budiyanto menduga kesalahan tersebut terjadi pada replikasi data saat proses migrasi berlangsung. Dari sisi infrastruktur teknologi, menurut Alex, tidak ada masalah mengingat aplikasi perseroan masih dapat diakses. Alex mengutarakan sangat kecil kemungkinan masalah berasal dari luar atau hasil dari upaya peretas.

Alex mengutarakan, seharusnya Bank Mandiri dapat memulihkan data nasabah dalam jangka waktu 2 jam karena menurutnya Bank Mandiri memiliki kapabilitas tersebut.

Advisor Indonesia Digital Empowerment Community (IDIEC) Mochamad James Falahuddin menduga lamanya penyelesaian masalah tersebut oleh Bank Mandiri disebabkan antara adanya langkah yang terlewat saat pemulihan data di sistem baru atau ada sesuatu yang besar yang tidak diceritakan ke publik.

“Karena ya bank itu [Mandiri] harusnya back-up restore dan recovery-nya sudah ada sistem yang sangat bagus. Saya yakin tidak sesederhana itu kejadiannya [kesalahan pemindahan data],” tuturnya kepada Bisnis.

Menurutnya, perbankan seharusnya sudah memiliki berbagai langkah dan rajin mengevaluasi mitigasi risiko sebuah operasional IT. Terlebih, strategi sektor perbankan merupakan hal yang selalu diulas regulator.

Selain itu, James menilai regulator seharusnya melakukan audit investigatif mengingat kejadian tersebut merupakan yang pertama kalinya terjadi di sektor perbankan Tanah Air.

James menguraikan, Bank Mandiri harus melakukan dua hal untuk memperbaiki kepercayaan nasabah ke perseroan, yakni normalisasi saldo nasabah yang berubah dan membeberkan seluruh fakta atas kejadian tersebut ke publik.

“Nasabah Bank Mandiri banyak yang pintar. Mereka bisa tahu penjelasan mana yang masuk akal atau tidak. Lebih baik jujur saja karena ini urusannya duit,” ucap James.

Di sisi lain, Ahli Keamanan Siber Vaksincom Alfons Tanujaya menilai kejadian tersebut memang bukan disebabkan oleh upaya peretas, tetapi disebabkan system upgrade yang tidak dipersiapkan dengan matang.

Meski pun begitu, Alfons mengatakan, hal tersebut justru harus menjadi perhatian manajemen di sektor perbankan.

“Tidak diserang peretas saja sudah kacau sendiri, bagaimana kalau diserang?” ujar Alfons kepada Bisnis, Sabtu (20/7/2019).

Hal tersebut, imbuhnya, menunjukkan bahwa pembelian peranti lunak atau sistem IT yang mahal tidak cukup untuk menjamin suatu sistem berjalan dengan baik.

Alfons mengutarakan, implementasi sistem, SDM [sumber daya manusia] yang kuat, dan dukungan yang baik dari vendor lokal yang berpengalaman merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari membeli peranti lunak.

Kejadian pada hari ini, menurutnya, menunjukkan penetrasi dan ketergantungan sistem IT yang sangat tinggi pada sektor perbankan. Dengan kata lain, sistem IT telah menjadi kebutuhan primer bagi lembaga keuangan.

“Harusnya para decision maker di lembaga keuangan menyadari hal ini dan tidak menganggap IT sebagai cost center,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper