Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. menyalurkan kredit sebesar Rp549,23 triliun per kuartal II/2019, naik 20 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Dari jumlah tersebut 51,9 persen di antaranya diserap oleh debitur korporasi.
Direktur Keuangan BNI Anggoro Eko Cahyo menjabarkan korporasi swasta dan BUMN masing-masing tumbuh 27,8 persen yoy dan 24,9 persen yoy. Selanjutnya, perusahaan akan menjaga peningkatan dan komposisi debitur kakap.
“Menjaga komposisi kredit korporasi dalam kisaran 50-55 persen dari total kredit,” katanya dalam paparan kinerja semester I/2019 di kantor pusat BNI, Jakarta, Selasa (23/7/2019).
Pada periode yang sama, kredit yang diserap oleh segmen usaha kecil naik 21,5 persen yoy, termasuk untuk Kredit Usaha Rakyat (KUR). Adapun segmen menengah tetap dijaga pertumbuhannya di level moderat, yaitu sebesar 7,6 persen yoy.
Di segmen konsumer, Kredit Tanpa Agunan (KTA) berbasis payroll masih menjadi kontributor utama dan naik 12,8 persen yoy. Sementara itu, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan kartu kredit masing-masing tumbuh 8,9 persen dan 4 persen secara tahunan.
Hingga akhir tahun, Anggoro mengungkapkan tidak ada perubahan Rencana Bisnis Bank (RBB). Perusahaan menargetkan fungsi intermediasi tumbuh 13-15 persen secara tahunan.
“Sekarang memang sudah tumbuh 20 persen. Awal tahun, kami pasang angka itu karena orang bilang masih wait and see antara kondisi sebelum dan setelah pemilu,” tuturnya.
Adapun Direktur Tresuri & Internasional Rico Rizal Budidarmo menyampaikan salah satu komponen pendukung ekspansi kredit adalah likuiditas. Secara umum, industri perbankan mencatat pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) cenderung stagnan pada paruh pertama tahun ini.
Namun, kondisi likuiditas diyakini akan membaik pada semester II/2019.
“Secara siklus memang demikian. Tekanan likuiditas semester kedua biasanya akan membaik,” jelasnya.