Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Syariah Mandiri (BSM) mengaku belum mendapat instruksi resmi terkait dengan kabar merapatnya unit usaha syariah PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. pada perseroan oleh Kementerian BUMN belum lama ini.
Direktur Manajemen Risiko dan Kepatuhan Bank Syariah Mandiri (BSM) Putu Rahwidhiyasa mengatakan terkait dengan rencana BTN yang akan melepas UUS-nya pada perseroan, hingga saat ini pihaknya belum dapat mengkonfirmasi.
"Tentang hal tersebut, kami belum bisa menjawab karena belum ada instruksi resmi dan hal tersebut merupakan domain pemegang saham," katanya kepada Bisnis, Minggu (13/10/2019).
Adapun dari kabar yang beredar rencana penggabungan UUS BTN pada BSM akan dilakukan pada tahun depan dengan tujuan optimalisasi kinerja BTN pada inti bisnis sebagai bank perumahan mengingat angka backlog yang masih tinggi.
Sebelumnya, Direktur Finance, Treasury & Strategy BTN Nixon L.P Napitupulu mengatakan pembicaraan untuk rencana spin off sudah dilakukan dengan sangat intensif. Perseroan juga bahkan beberapa kali melakukan pembicaraan dengan otoritas.
"Saat ini beberapa skemanya sudah mulai matang, dan kami hanya perlu mempertimbangkannya," katanya.
Pertimbangan pertama adalah pendirian entitas sendiri. Untuk opsi ini, Nixon menjelaskan, perseroan tidak akan mengambil langkah pembuatan entitas baru karena permasalahan birokrasi yang berpotensi lebih menyulitkan.
Perseroan mungkin akan membeli 100% saham BUS, atau bank kecil konvensional lain yang memiliki kinerja lumayan serta harga jual yang tak terlalu mahal. Setelah itu, perseroan baru akan menyuntikkan modal baru, yang diperkirakan mencapai Rp4,5 triliun.
"Jika mengikuti hitungan kasar aset tertimbang menurut risiko yang saat ini, kami butuh menyuntikkan modal Rp4,5 triliun agar rasio kecukupan modal dapat berada di posisi 14% hingga 15%," katanya.
Skema kedua adalah merger dengan BUS milik bank pelat merah lain. Nixon menyampaikan salah satu BUS milik BUMN sudah melakukan pembicaraan cukup sering dengan perseroan.
Meski belum ada kesepakatan yang sah, Nixon menyampaikan opsi ini cukup menggiurkan karena langsung dapat membuat sebuah BUS yang memiliki aset nomor satu di Tanah Air.
Pengamat Perbankan Syariah sekaligus Presiden Direktur Karim Consulting Indonesia (KCI) Adiwarman A. Karim mengatakan saat ini kinerja perbankan syariah secara industri memang cenderung flat.
Namun, menurutnya, pertumbuhan yang lebih signifikan baru akan tampak pada 2020 dengan aksi korporasi yang lainnya. Di antaranya rencana bergabungnya UUS BTN dengan BSM. Pasalnya jika benar, akan ada entitas BUS dengan skala aset mendekati Rp150 triliun nantinya.