Bisnis.com, JAKARTA — Kredit konsumsi perbankan, terutama kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB), diperkirakan bakal melambat hingga akhir tahun ini.
Proyeksi ini seiring dengan survei Bank Indonesia yang menunjukkan pertumbuhan kredit secara industri pada kuartal IV/2019 akan berada di level 9,7% yoy.
Padahal, sebelumnya Bank Sentral mencatat para responden masih percaya diri, dengan memperkirakan kredit dapat tumbuh dua digit pada kuartal III/2019, atau 11,2% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Perolehan kredit konsumsi per Agustus tumbuh paling landai dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya tahun ini, yakni hanya 7% yoy menjadi Rp1.576 triliun.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan bahwa perubahan pola belanja masyarakat menjadi indikasi turunnya daya beli masyarakat. Imbasnya, tidak hanya sektor perdagangan yang menurun, tetapi juga penjualan emiten hingga kredit konsumsi perbankan.
“Dalam hal kredit konsumsi perbankan juga masih dipengaruhi dengan dua produk utama yakni rumah pada KPR yang harganya semakin mahal, dan mobil pada KKB yang memang penjualannya sedang turun,” katanya kepada Bisnis, Rabu (16/10/2019).
Untuk itu, menurut Lana, sebaiknya regulator mulai memiliki data transaksi daring yang baik melalui beragam platform, termasuk dari media sosial. “Data logistik harus bisa diperoleh dengan akurat. Kalau pengiriman barang setiap kuartal bisa meningkat 35% saja artinya ada kegiatan transaksi yang bertumbuh di sana,” ujarnya.
MASIH OPTIMISTIS
Sementara itu, Direktur Riset Centre of Economic Reform (CORE) Piter Abdullah masih optimistis menilai kredit konsumsi akan sedikit meningkat pada kuartal IV/2019 ini.
“Secara musiman konsumsi akan meningkat dalam rangka menyambut libur Natal dan Tahun Baru. Kredit konsumsi akan mengikuti pola kenaikan konsumsi tersebut,” ujaranya.
Optimisme serupa juga masih diutarakan dari dunia perbankan. Direktur Konsumer PT Bank CIMB Niaga Tbk. Lani Darmawan memastikan target kredit konsumsi pada dua kuartal akhir 2019 ini akan stabil pada kisaran 10%-12% sesuai target perseroan awal tahun.
“KPR masih tumbuh 13%, kami harapkan akhir tahun masih sekitar 10%-12%, kartu kredit juga sekitar 10%-11%, dan KKB yang secara sales naik 45% sehubungan dengan rekalibrasi bisnis yang kami lakukan,” katanya.
General Manager Product Management Division BNI J. Donny Bima Herjuno mengatakan bahwa dua komponen kredit konsumsi perseroan yakni KPR dan KTA BNI Fleksi juga masih positif. Penyaluran KPR BNI per September 2019 mencapai lebih dari Rp8,5 triliun, tumbuh 9,5% yoy.
Sementara itu, produk BNI Fleksi per September juga telah mencatatkan kenaikan lebih dari 15% sesuai dengan target awal tahun perseroan.
Alhasil, hingga akhir kuartal IV/2019 mendatang pertumbuhan KPR atau BNI Griya masih diproyeksi tumbuh 10% dan KTA atau BNI Fleksi di atas 15%.
Direktur Konsumer PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Budi Satria mengatakan kredit konsumsi perseroan hingga Agustus 2019 tumbuh 16% yoy. “Kami perkirakan sampai akhir tahun kredit konsumsi hanya akan tumbuh sekitar 10% secara tahunan mengingat permintaan yang tidak sebaik sebelumnya,” katanya.
Direktur Konsumer PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Handayani menyampaikan bahwa perseroan mengatisipasi perlambatan pertumbuhan KPR dengan melakukan digitalisasi dan reengineering process melalui BRISpot konsumer, penyediaan program pemasaran KPR yang kompetitif, dan penyebaran penyaluran kredit. Adapun, hingga kuartal II/2019, perseroan mencatat KPR tumbuh 23% yoy dan KKB tumbuh 35% yoy.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan bahwa turunnya penjualan kendaraan roda empat sebesar 13,45% per Agustus 2019 cenderung disebabkan oleh adanya perlambatan investasi di Indonesia sehingga pertumbuhan konsumsi tidak tumbuh secepat seharusnya.
Josua menilai, salah satu yang perlu dilakukan perbankan saat ini adalah mempercepat penyesuaian suku bunga kredit konsumsi, sehingga mendorong peningkatan minat konsumen dalam menarik kredit.