Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Mandiri Taspen atau Bank Mantap berencana memperkuat pendanaan dengan menghimpun dana nonkonvensional lewat penerbitan obligasi.
Berdasarkan keterangan resmi yang disampaikan Bank Mantap, disampaikan perseroan akan melakukan Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) Obligasi Berkelanjutan I Bank Mandiri Taspen dengan jumlah pokok sebesar Rp4 triliun.
Dalam rangka penawaran umum berkelanjutan tersebut, perseroan akan menerbitkan dan menawarkan obligasi I berkelanjutan bank Mandiri Taspen tahap I tahun 2019 dengan jumlah pokok sebesar-besarnya Rp1 triliun.
Direktur Bank Mantap Nurkholis Wahyudi menyampaikan dalam penerbitan obligasi kali ini, perseroan akan menawarkan kupon hingga 8,35%. "Kupon yang ditawarkan berkisar 7,9 persen hingga 8,35 persen," katanya kepada Bisnis, Selasa (22/10/2019).
Sebagai rincian, obligasi tersebut terbagi menjadi dua seri. Pertama, seri A bertenor 3 tahun dengan tingkat kupon 7,90 persen hingga 8,10 persen per tahunnya. Kedua, seri B dengan tingkat kupon 8,10 persen hingga 8,35 persen dengan tenor 5 tahun.
Masa penawaran awal obligasi akan dilakukan pada 23 Oktober - 6 November 2019. Di samping itu, distribusi obligasi secara elektonik direncakan akan dilakukan pada 26 November 2019 dan pencatatan di Bursa Efek Indonesia ditargetkan pada 27 November 2019.
Dalam rangka penerbitan obligasi ini, perseroan telah memperoleh hasil pemeringkatan awal atas obligasi dari PT Fitch Ratings Indonesia dengan peringkat AA.
Adapun, perusahaan yang menjadi penjamin pelaksana emisi obligasi dan penjamin emisi obligasi di antaranya PT BCA Sekuritas, PT BNI Sekuritas, PT Danareksa Sekuritas, dan PT Mandiri Sekuritas.
Seperti diketahui, hingga Agustus 2019, Bank Mantap mencatat laba bersih yang dihasilkan perseroan naik 19,6 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp270,7 miliar per Agustus 2019.
Peningkatan laba bersih juga seiring dengan fungsi intermediasi perseroan yang juga tercatat masih tumbuh membaik. Penyaluran kredit perseroan naik 34,6 persen yoy menjadi Rp18,69 triliun. Khusus untuk penyaluran kredit pensiunan naik 41,3% yoy menjadi Rp17,32 triliun.
Sementara itu, dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), perseroan juga mencatatkan peningkatan 40,5 persen yoy menjadi Rp18,37 triliun.