Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. memprediksi ada tambahan likuiditas hingga Rp1 triliun yang akan diraih perseroan pasca turunnya rasio Giro Wajib Minimum (GWM) tahun depan.
Direktur Finance, Treasury & Strategy BTN Nixon L Napitupulu mengatakan, tambahan dana dari pelanggaran GWM akan digunakan untuk memperkuat likuiditas perseroan. Meski begitu, target penyaluran kredit BTN tahun depan tak akan berubah.
“Kami masih sesuai target RKAP [Rencana Kerja Anggaran Pendapatan] 2020 dulu,” ujar Nixon kepada Bisnis, Kamis (21/11).
Dalam RKAP 2020, BTN memasang target penyaluran kredit tumbuh 6%-8% pada 2020. Sementara hingga kuartal III/2019 penyaluran kredit BTN tumbuh 16,75% yoy menjadi Rp256,93 triliun.
GWM bank umum dan syariah diturunkan 50 basis poin (bps) oleh bank sentral berdasarkan hasil Rapat Dewan Gubernur BI November ini. Penurunan ini membuat rasio GWM bank umum konvensional ada di angka 5,5%, sedangkan bank umum syariah 4%.
Keputusan BI ini baru berlaku awal 2020. Bank sentral sengaja menurunkan GWM demi menambah ketersediaan likuiditas perbankan dan meningkatkan pembiayaan serta mendukung pertumbuhan ekonomi.
“[Pelonggaran GWM] memperkuat likuiditas. Dampaknya Rp1 triliun untuk BTN,” katanya.
Per September 2019 kenaikan kredit BBTN masih ditopang pertumbuhan positif pada KPR Subsidi. KPR Subsidi BTN tumbuh 25,54% yoy menjadi Rp111,64 triliun.
Dari segi penghimpunan dana masyarakat, BTN mencatatkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 18,1% yoy menjadi Rp230,35 triliun pada kuartal ketiga tahun ini.